[Korean Fanfiction] Whether I Hate You or Not (chapter 7B)

cover ff whether I hate you or not chapter 7 (2)

 

Title                       : Whether I hate you or not

Author                  : Kim Sae na a.k.a Devi

Rating                   : PG13/NC17/Straight/Series/On Writing

Genre                   : Romance/Angst/Tragedy/Family/Life

Cast                       :

Main Cast            : Super junior – Lee Donghae

Kim Yoonmi

Kim Saena a.k.a Choi Saena

Support Cast :

SHINee – Choi Minho,Kim Jonghyun

Kim Yoonhee

SS501 – Kim Hyun joong(Main Cast in The Cruel Destiny)

Super junior – Cho Kyuhyun(Main Cast in The Cruel Destiny)

Disclaimer           : Super junior are belong to God,SM Entertaiment,and their parents

SS501 Kim Hyun joong is belong to God,DSP Entertaiment,and his parents.

SHINee Choi Minho is belong to God.SM Entertaiment,and his parents.

It’s just for fun. Please don’t sue me. This story is mine.

Don’t take this fanfic without permission from me. If you want to take this fanfic.

Please take with full credit.

Warning               : Lolicon,a little bit violence and NC

 

If  you don’t like  this fanfic. Please No Bash.

Don’t like. Don’t read.

Chapter 7b-To Love You More

Whether I Hate You or Not │©2011-2012 by Ksaena

Chapter 7B – To Love You More

ALL RIGHT RESERVED

          “ Pertunjukkan yang bagus,nona Kim Yoonhee.” Yoonhee tidak menggubris perkataan orang yang paling dibencinya saat ini.Ia terus saja melangkah sambil berpura-pura tidak mendengar apa yang diucapkan pria itu.

“ Aku tahu kau bisa mendengarku.” Yoonhee berhenti di tempatnya,sebenarnya ia ingin meneruskan langkahnya tetapi ia penasaran dengan apa yang akan diucapkan Jonghyun.

“ Ternyata perjuangan cintamu hanya sampai segitu saja. Aku pikir kau benar-benar mencintainya,mungkin aku salah.”

“ Aku memang mencintainya,tuan kim Jonghyun.”

“ Lalu mengapa tadi kau mengatakan kau tidak mencintainya? Bukankah itu adalah tindakan bodoh?”

“ Apa pedulimu,Jonghyun?”

“ Tentu saja aku tidak ingin kau tersiksa dengan perasaanmu sendiri,Yoonhee,kau mencintainya tetapi kau berpura-pura tidak tahu perasaanmu,kau membutakan dirimu dengan keegoisan yang malah akan menjauhkanmu darinya. Untuk apa kau bilang kau mencintainya dan menolakku mati-matian,lalu kau menutupinya hanya karena merasa harga dirimu yang setinggi langit itu akan runtuh kalau Minho tidak membalas perasaanmu.”

Kata-kata Jonghyun berhasil menusuk Yoonhee,membuat gadis itu mersa telah melakukan kesalahan besar,yaitu menyangkal perasaannya sendiri. Membuatnya malah menjauh satu langkah dari Minho.

“ Jangan sok tahu,Kim Jonghyun.” Yoonhee kembali meneruskan langkahnya tanpa pernah mau membalikkan badannya untuk sekedar melihat pria itu,baginya semua kata-kata Jonghyun adalah racun yang akan merusak semua sistem sarafnya.

“ Yoonhee,aku memang berjanji akan mendapatkanmu,tetapi sepertinya caraku salah,aku akan merebutmu dari Minho,dengan cara yang tidak akan pernah kau duga,untuk sementara kau bisa bersenang-senang dengan pangeranmu itu.” Jonghyun tersenyum sambil melepas kacamata yang membuatnya terlihat lebih aneh. Pria itu sebenarnya tampan dan senyuman khasnya yang bisa membuatnya dikategorikan sebagai ‘bad boy’,hanya saja selama ini ia menutupi imagenya demi sesuatu yang samar.

“ Bisakah kau melihat padaku Yoonhee walaupun hanya sekali?” Jonghyun menatap punggung Yoonhee yang semakin menjauh dengan sorot mata sedih.

***

          “ Eonni..” Yoonhee memanggil Yoonmi yang sedang menggambar sesuatu di sketch booknya. Sepertinya designer utama Shining Dream itu sedang mendapatkan ide untuk konsep musim gugurnya.

Yoonmi menoleh pada Yoonhee dan memperhatikan anak semata wayangnya itu,jika dilihat dari wajahnya yang kusut,tidak mungkin Yoonhee dalam keadaan baik-baik saja. Yoonmi sedikit merasa kecewa karena Yoonhee masih memanggilnya dengan sebutan ‘eonni’ dan bukan ‘eomma’. Tetapi ia mengerti kalau masih ada sebagian dari diri Yoonhee yang belum menerima Yoonmi sepenuhnya sebagai ibunya dan bukan kakaknya,satu kenyataan yang selama ini disembunyikan rapat-rapat.

“ Ne? Ada apa,Yoonhee?”

“ Menurutmu apa definisi cinta itu?”

Kata yang sama pada hari yang sama. Yoonmi mematung sejenak,hampir saja ia mematahkan pensil dalam genggamannya karena menggengam terlalu kuat,memberikan penekanan pada kayu yang sebenarnya rapuh itu.

“ Cinta?”

“ Ne,satu kata sederhana,menyimpan banyak makna dan misteri,indah dan sakit pada saat bersamaan,satu kata yang sebenarnya adalah racun,mematikan secara perlahan,memberikan keindahan di depan dan kepahitan di dalam.”

“ Cinta adalah kebohongan terbesar yang pernah diciptakan umat manusia. Selama ini kita tidak tahu apa itu cinta tapi sebenarnya cinta adalah bohong,selama ini manusia hanya memikirkan hal-hal yang indah saja,tetapi tidak tahu apa makna hal indah itu,hal indah yang merupakan penderitaan.” (nb: definisi cinta yang saya dapet dari novel here,after ^^V)

“ Mungkin kau benar,eonni..”

“ Kau kenapa,Yoonhee?”

“ Gwechana,eonni,aku hanya bertanya.”

“ Kau sedang jatuh cinta?” Yoonmi bertanya dengan nada penuh selidik.

“ A..aniya,eonni.” wajah Yoonhee seketika memerah karena tebakan Yoonmi yang tepat sasaran.

“ Kau tidak usah berbohong Yoonhee,apakah kau sekarang sudah benar-benar jatuh cinta pada pria yang kau bilang usianya di bawahmu itu?”

“ Molla,eon.. Aku sama sekali tidak mengerti dinamakan apa rasa ini,cintakah atau hanya keegoisan semata?”

Yoonmi hanya tersenyum mendapati Yoonhee yang ternyata sudah memasuki masa-masa yang dinamakan ‘mulai jatuh cinta’,mungkin memang hanya cinta sesaat ‘cinta anak-anak’ yang akan hilang dengan masanya. Yoonmi memang membenci kata itu,tetapi tidak bisa melarang kata-kata itu yang mulai merambati hati Yoonhee.

“ Cinta itu tidak bisa diperkirakan Yoonhee,tidak ada ciri-ciri khusus,hanya kau sendiri yang bisa menentukan apakah kau jatuh cinta atau tidak,tanyalah pada hatimu sendiri.”

Salah seorang pelayan masuk ke ruang keluarga,membuat Yoonmi dan Yoonhee menghentikan obrolan mereka.

“ Mianhae,nona Yoonmi,ada tamu untuk anda.Dia menunggu di ruang tamu.”

“ Baiklah,katakan padanya aku akan segera ke sana.”

Setelah pelayan itu keluar dari ruang tengah,Yoonmi menutup sketch booknya dan meletakan benda itu di atas meja.

“ Siapa,eon? Apa kau ada janji dengan seseorang?”

“ Aniya,selama ini tidak ada temanku yang datang ke rumah,aku akan menemuinya dulu,mungkin dia rekan kerjaku.”

Setelah sampai di ruang tengah,Yoonmi tidak heran mendapati siluet tubuh orang itu ada di sana,ia memang sudah bisa menduga kalau Donghae pasti akan mengganggunya lagi dengan semua kata cinta itu. Cinta yang rumit,cinta yang tidak dimengerti,cinta yang tidak seharusnya ada.

Tetapi Yoonmi tidak menyangka Donghae akan senekat itu datang ke rumahnya,Yoonmi sudah mempersiapkan diri apabila ia akan bertemu dengan pria itu di kantor besok,tetapi tidak di rumahnya,karena akan menimbulkan masalah dan mungkin saja eommanya akan memaksanya untuk menerima Donhae,kalau saja ia tahu Donghae sudah mengatakan kata-kata magi situ.

Yoonmi hanya berdiam diri tidak berani melangkah menuju sofa tempat di mana pria itu duduk,ia hanya menunggu pria itu melihat ke arahnya tanpa ia harus bersusah payah menegurnya. Donghae yang merasa diperhatikan seseorang,mengangkat wajahnya yang sejak tadi ia tundukkan dan melihat Yoonmi sudah berdiri dalam jarak pandangnya,hanya beberapa meter dari tempat ia duduk. Seulas senyuman terkembang di bibirnya saat melihat Yoomi,tetapi senyuman itu hanya berakhir sia-sia karena Yoonmi tidak mau repot untuk membalasnya.

“ Sepertinya aku tidak usah mengutarakan kedatanganku ke sini karena pasti kau sudah tahu.”

“ Ne,aku memang sudah tahu,Lee Donghae-ssi,kalau kau masih mau membahas hal yang sama lebih baik kau pulang.”

“ Yoonmi bisakah kau dengarkan aku sekali ini saja?”

“ Apalagi yang ingin kau katakan?”

“ Mungkin akau terlalu cepat untuk mengatakan cinta padamu,kau mungkin belum siapa menerimaku,aku hanya ingin kau tahu kata-kata yang kuucapkan tadi siang bukan main-main,tetapi benar-benar tulus dari lubuk hatiku,aku harap kau percaya padaku.”

“ Apakah kau akan tetap mencintaiku kalau kau tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku?”

Donghae terdiam saat melihat air mata mengalir dari pipi Yoonmi. Kedua kalinya ia melihat gadis yang biasanya tegar itu tampak begitu rapuh.

“ A..”

“ Aku tidak yakin kau masih bisa menjawab bisa menerimaku.”

“ Yoonmi..”

“ Aku..Aku sudah..”

Yoonmi berusaha mati-matian meredam air yang mengalir membentuk dua buah sungai kecil di bawah matanya,tetapi perasaannya lebih menguasai dibandingkan logikanya. Sungai itu bertambah deras,seiring dengan usaha Yoonmi yang semakin melemah untuk menahannya agar tidak keluar.

“ Yoonmi..” Donghae mendekati Yoonmi dan berusaha mengusap air mata yang masih membanjiri pipi gadis itu. Yoonmi menahan tangan Donghae yang sudah hampir menyentuh kulit wajahnya.

“ Aku sudah memiliki seorang anak Donghae,kau tidak akan menyangka bukan? Kau tidak mengenalku,Donghae.”

Raut kekagetan terpancar jelas dari wajah pria berparas hampir sempurna itu,kedua bola matanya yang teduh menampakkan sinar keeterkejutan karena berita yang baru diterima oleh indera pendengarannya.

“ Sudah selesai,tuan Lee? Aku rasa aku tidak perlu menjelaskan lebih mendetail.Jadi silahkan pulang,pintu keluar ada di sana.” Yoonmi mengusap air matanya dengan punggung tangan dan meninggalkan Donghae seorang diri.

Setelah kesadarannya kembali,Donghae tidak memanggil Yoonmi,walaupun hatinya menjerit menginginkan gadis itu kembali berada di hadapannya,ia ingin menenangkan pikiran dan hatinya yang menerima kenyataan mengejutkan itu. Dengan tubuh sedikit linglung,Donghae melangkah menuju pintu keluar.

Yoonmi melihat mobil Donghae yang berjalan menjauh dari gerbang rumahnya. Pipinya yang sudah bebas dari air mata kembali basah karena air mata itu kembali turun tanpa bisa dicegah. Ketakutan yang menderanya selama ini seakan kembali menghantuinya,memaksanya untuk membongkar kembali luka lama yang tidak pernah bisa mengering.

“ Eomma sudah bilang padamu,Yoonmi,kau tidak usah menganggap Yoonhee sebagai anakmu,kau anggap saja ia sebagai dongsaengmu dan langkahmu tidak akan sesulit ini.”

“ Eomma..” Yoonmi menoleh ke arah seseorang yang paling disayanginya dan dihormatinya. Ibu kandungnya..

“ Aku tidak setuju,eomma. Aku tidak mau egois hanya demi kebahagiaan diriku sendiri.”

“ Yoonmi.. kenapa kau bilang pada pria itu kalau kau sudah mempunyai anak?”

“ Eomma melihat semuanya?”

“ Ne,Yoonmi,eomma tahu kalau dia tulus benar-benar mencintaimu,terlihat dari tatapan matanya padamu.”

“ Aniya,eomma,kalau dia mencintaiku,dia pasti akan menerima aku apa adanya,termasuk menerima kalau aku sudah mempunyai anak.”

“ Yoonmi..”

“ Eomma,aku mohon mengertilah,aku tidak ingin membohonginya dengan mengatakan Yoonhee adalah dongsaengku.”

“ Terserah semua padamu,Yoonmi,entah mengapa eomma yakin dia bisa menerimamu.”

***

          “ Apakah kau ini manusia?” Saena menoleh saat mendapati ada suara lain berbicara di dekatnya,perilaku orang itu membuat Saena risih.Ia memperhatikan Saena dari dekat,bahkan wajahnya hanya tinggal beberapa centi dari wajahnya.Sejak pertemuannya dengan Donghae beberapa jam yang lalu,keadaan Saena memang semakin kusut,gadis itu mungkin sudah berantakan karena ia hanya berkeliaran tidak jelas,tanpa tujuan. Pantas saja orang asing itu menganggapnya sebagai hantu.

“ Kalau aku mengatakan bahwa aku bukan manusia apakah kau akan pergi?” di luar dugaannya,orang yang bahkan tidak dikenalnya itu malah tertawa.

“ Kau ini lucu sekali,lagipula kalau kau hantu mungkin kakimu sudah tidak menapak.” Pria itu membenarkan letak kacamatanya yang melorot ke hidung. Dari tampilan luarnya,Saena merasa pernah melihat orang ini,tetapi ia tidak tahu persisnya di mana.

Saena hanya menggumamkan beberapa kata umpatan dengan volume suara yang mungkin hanya bisa didengarnya,merasa terganggu dengan kehadiran orang yang tidak diharapkannya.

“ Kita satu sekolah ternyata..”

“ Mwo?” Saena mengikuti arah pandangan pria itu pada seragam yang masih melekat di tubuhnya.

“ Kita satu sekolah. Aku juga bersekolah di sana.” Pria itu tiba-tiba tersenyum,menanggalkan semua presepsi aneh yang tadi sempat menghampiri pikiran Saena.

Melihat sepertinya Saena tidak tertarik dengan satu fakta yang baru saja diucapkannya,pria itu kembali tersenyum entah untuk maksud tujuan apa,lalu mengulurkan tangannya ke hadapan gadis itu.

“ Chonun Kim Jonghyun imnida..”

“ Siapa yang menyuruhmu memperkenalkan diri?” Saena berkata dengan nada ketus,mengabaikan uluran tangan pria itu.

“ Aku pikir karena kita satu sekolah,kita bisa berteman.” Jonghyun mengadahkan kepalanya ke arah langit yang semakin menggelap. Saat ini mereka berdua sedang berada di halte bus,sepertinya Saena bukan sedang menunggu bus karena sejak tadi setiap bus yang berhenti hanya dibiarkannya lewat tanpa berniat untuk menghentikannya.

“ Teori darimana itu?”

“ Tentu saja dariku..”

“ Pria aneh.”

“ Yang aneh itu kau atau aku? Coba lihat penampilanmu yang berantakan itu dan kau masih memakai seragam pada jam seperti ini,apa kau tidak punya rumah?”

“ YAK! Kau ini jangan sembarangan bicara.”

“ Lalu? Kalau kau tidak aneh apa namanya? Kekurangan kewarasan?”

“ Ick,lama-lama berbicara denganmu membuatku akan kehilangan kewarasan juga.”

“ Bagaimana kalau kau kuantar pulang?” Jonghyun berbicara ketika melihat Saena siap melangkah pergi.

“ Aniya..”

“ Ayolah,ini sudah malam..”

“ Lalu?”

“ Kuantar pulang..” Jonghyun menunjuk motor yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri dengan dagunya.

Saena melangkah dengan kesal menjauhi Jonghyun,Jonghyun dengan sigap menarik tangan gadis itu hingga berhadapan dengannya.

“ Ayolaah..”

“ Shireo,aku belum kenal denganmu,bagaimana kalau kau menculikku?”

“ Baiklah aku sudah memperkenalkan siapa namaku,sekarang namamu?”

“ Choi Saena..”

“ Baiklah Saena-ssi,kau pulang denganku atau harus kupaksa?”

Dengan kesal akhirnya Saena berjalan mendekati Jonghyun yang sudah duduk di motornya. Jonghyun mengulurkan sebuah helm pada Saena. Saena cukup heran menadapati Jonghyun membawa dua buah helm,padahal ia bepergian seorang diri,seperti pertemuannya dengan Saena memang sudah direncanakan.

“ Pegangan,Saena-ssi,karena aku akan mengebut.” Jonghyun memperingati Saena yang sepertinya enggan berpegangan padanya.Saena terpaksa memeluk pinggang pria itu,ia masih sayang nyawa,walaupun ia merasa risih harus secara tidak langsung memeluk pria itu.

***

          “ Minho,kau tahu dimana noonamu?” Minho tersentak kaget saat appanya masuk ke dalam kamarnya,memang sejak pulang sekolah Minho tidak melihat Saena,ia pikir mungkin saja gadis itu mengurung diri di kamarnya sejak pulang sekolah,ia sama sekali tidak menyangka kalau Saena belum pulang.

“ Bukankah Saena noona sudah pulang?”

“ Aniya.. Noonamu tidak ada di kamarnya dan sepertinya ia belum pulang.”

“ Jinjjayo,appa?”

“ Bukannya kau dan noonamu selalu pulang bersama?”

“ Hari ini tidak,appa,Saena noona meminta izin pulang lebih cepat karena merasa tidak enak badan.”

“ Kemana dia?” pria paruh baya itu mengerutkan dahinya sambil berpikir.

Berbagai pikiran buruk menghantui Minho. Entah mengapa ia merasa semua ini ada hubungannya dengan pertengkarannya dengan Saena.

“ Aku akan mencarinya,appa.” Minho menutup buku yang sedang dibacanya.

“ Tapi kau akan mencarinya kemana?”

“ Appa tidak perlu khawatir,aku akan segera kembali.” Minho menyambar jaketnya yang terletak di sofa kamarnya dan keluar. Ia berlari menuruni tangga dengan ritme cepat,membuat suara berdecit dari gesekan marmer dan kulit telapak kakinya.

“ Minho,kau mau kemana?” suara seseorang menghentikan langkahnya di anak tangga terakhir.

“ Aku akan mencari Saena noona,eomma.”

“ Aniya,kau tidak boleh keluar selarut ini,Minho.”

“ Gwechana,eomma,dia pasti akan baik-baik saja.” tuan Choi melangkah mendekati istrinya dan menenangkannya.

“ Tapi..”

Minho melangkah dnegan cepat keluar rumah,langkahnya terhenti saat melihat sebuah pemandangan. Saena dan seseorang yang paling dihindarinya,Saena sedang mengembalikan helm Jonghyun dan mengucapkan beberapa kata yang tidak bisa didengar Minho,karena jarak mereka lumayan jauh.

“ Darimana Saena noona mengenal Jonghyun?”

Saena merapikan rambutnya yang berkibar terkena tiupan angin malam,ia mengembalikan helm Jonghyun dan mengucapkan terima kasih yang hanya dibalas pria itu dengan senyuman.

“Jadi ini rumahmu?” Jonghyun bertanya sambil menunjuk rumah yang berada di sampingnya.

“ Ne,ada apa?”

“ Aniya..” Jonghyun mengubah senyuman manisnya menjadi senyuman terpaksa saat tahu di mana letak rumah gadis itu.

“ Apakah kau mau masuk?” sebenarnya Saena tidak ingin menyuruh pria yang baru dikenalnya kurang dari satu jam itu masuk,tetapi ia masih tahu sopan santun dan berterima kasih karena pria itu sudah mengantarnya pulang.

“ Aniya,tidak usah,aku langsung pulang saja.”

“ Kalau begitu aku masuk dulu.”

Melihat gerakan Saena yang mengambil kunci dari tasnya dan membuka pintu gerbang,Minho segera bersembunyi agar Saena tidak mengetahui kehadirannya.

“ Kau membawa kunci sendiri?” Jonghyun yang masih mengamati kegiatan Saena yang sedang memasukkan kunci ke dalam gembok gerbang rumahnya,dengan tatapan geli.

“ Ne,aku memang selalu membawa kunci sendiri.” Saena berbohong,karena sebenarnya hanya hari ini ia membawa kunci rumahnya,karena ia berencana untuk pulang larut malam.

Jonghyun masih melihat tubuh Saena yang membelakanginya sampai gadis itu benar-benar masuk ke dalam rumahnya.

“ Choi Saena..” Jonghyun memakai kembali helmnya dan menyalakan mesin motornya,melaju membelah jalan dengan kecepatan normal.

“ Kim Jonghyun,darimana dia dan Saena noona?” Minho segera masuk ke dalam rumahnya dan membiarkan Saena yang sudah lebih dulu naik ke kamarnya,tanpa berniat menegur kakaknya itu.

***

          Hanya orang bodoh dan tidak peka yang tidak menyadari adanya nada kebohongan dalam suara Yoonhee waktu itu, dan Minho bukanlah salah satu dari orang bodoh dan tidak peka itu,ia bukannya terlalu percaya diri sehingga menyangka Yoonhee benar-benar mencintainya,hanya saja ia bisa menangkap nada terluka saat gadis itu mengatakan ia tidak benar-benar mencintai Minho.

“ Masih ada yang belum selesai,Yoonhee noona.” Minho menarik tangan Yoonhee yang sedang berjalan menuju kelasnya. Tatapan orang-orang kembali menghujam pada mereka,ditambah bisikan-bisikan maut yang membicarakan mereka.

“ Kemarin sudah kukatakan padamu kalau aku hanya main-main,choi Minho,apa otakmu berjalan begitu lambatnya dalam memproses kata-kataku?”

“ Kau berbohong,noona.”

“ Kau terlalu percaya diri,Minho.”

“ Apa alasanmu membenci Saena noona karena ia berdekatan denganku?”

“ Dulu mungkin iya,sekarang aku tidak peduli kau mau berdekatan dengan siapa saja termasuk Saena ataupun yang lainnya.”

“ Kau tidak mengenal dia,Yoonhee,dia adalah noonaku.”

“ Hahahaha.. jangan bercanda,choi Minho.”

“ Aku serius nona Kim Yoonhee,Choi Saena adalah putri sulung President Direktur SYN Star dan itu artinya dia adalah noonaku.”

Yoonhee tercengang mengetahui kenyataan itu,Saena adalah kakak dari seorang Choi Minho? Ingatan Yoonhee berputar pada saat ia menemui Presdir Choi untuk tugas wawancaranya,ia melihat foto dua orang anak di sana. Ia mengerti sekarang siapa sosok anak perempuan dalam foto itu.

“ Jadi?”

“ Jadi kau tidak usah cemburu,Yoonhee..”

“ Salah,Minho,kau salah menilaiku..”

***

          “ Jadi kau adalah noonanya Minho?”

“ Tetapi selama ini kau tidak dekat dengannya..”

“ Wah aku sama sekali tidak menyangka,Saena,mianhaeyo..”

“ Maafkan kami karena sudah salah paham padamu.”

“ Saena,pantas saja waktu itu Minho terlihat dekat denganmu.”

Saena merasa kepalanya sakit mendengar semua kata-kata itu keluar dari mulut beberapa gadis yang tadi menghampirinya dengan tiba-tiba dan bertanya mengenai hubungan kakak adiknya dengan Minho. Mau tidak mau Saena tidak bisa menghindar atau berbohong karena mereka semua akan lebih percaya pada ucapan Minho.

Saena memang belum tahu siapa yang menyebarkan semuanya,dari beberapa kabar yang beredar,mereka semua mendengarnya secara langsung saat Minho dan Yoonhee sedang berbicara,untungnya Saena datang agak terlambat pagi ini,sehingga tidak harus menyaksikan adegan yang menurunya tidak penting. Saena bisa menangkap maksud perilaku Minho selama ini,ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Yoonhee.

“ Kau terkenal?”

“ Begitulah..” Saena menjawab malas-malasan sambil mengutak-atik ponselnya.

“ Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”

“ Berusaha menghindar dari mereka. Minra-ah,aku rasa aku harus menyewa bodyguard untuk itu.”

Minra hanya tertawa mendengar nada frustasi yang keluar dari mulut Saena.Memang perjalanan Saena ke depannya akan lebih sulit karena kenyataan itu sudah terkuak.

“ Bukan hanya itu,Minra-ah,aku memang muak dengan perlakuan manis mereka seolah-olah jika aku bukan anak dari Presdir SYN Star dan aku bukan noona dari salah satu popular boys di sekolah ini,aku hanyalah bukan siapa-siapa.”

“ Sudahlah,aku akan membantumu menghindari mereka.”

“ Annyeong,Saena.”

Saena mengangkat wajahnya dari ponselnya dan melihat Yoonhee tiba-tiba berdiri di depannya. Saena hanya menatap Yoonhee sekilas dan kembali fokus pada layar ponselnya. Minra yang mengetahui kehadirannya hanya akan mengganggu,secepatnya kabur dari sana.

“ Untuk apa kau ke sini?”

“ Aigoo,begitukah sambutanmu padaku?”

“ Kenapa kau sekarang berubah menjadi baik?”

“ Aku memang sudah baik dari dulu,kau saja yang tidak menyadarinya.”

“ Aku tahu apa yang menyebabkanmu begitu. Sudahlah aku sudah tahu.”

“ Tahu apa,Saena? Kau ini berlebihan..”

Saena mendekatkan wajahnya pada Yoonhee dan membisikkan sesuatu di telinga gadis itu.

“ Kim Yoonhee,aku tahu kau menyukai Choi Minho,dongsaengku,aku hanya ingin kau tahu,Yoonhee,aku tidak rela! Sampai kapanpun aku tidak akan rela.”

Yoonhee hanya mendengus dan pergi meninggalkan Saena. Saena hanya memandang kepergian Yoonhee dengan ekor matanya.

“ Apa yang dikatakannya?”

“ Sesuatu yang tidak penting,kau tenang saja,Minra-ah,aku tidak akan takut berhadapan dengannya.”

***

          “ Kemarin Hye Hwa menemuiku.” wanita paruh baya itu hampir saja memuntahkan minumannya kalau saja ia tidak menahannya dengan kedua tangannya.

Ia mengambil tissue dari dalam tasnya dan mengelap permukaan tangannya yang basah karena cipratan minumannya. Pria yang berada di depannya tidak merasa kaget dengan ekspresi yang dipancarakan wanita itu,ia sudah tahu wanita itu akan terkejut.

“ Rupanya ia belum puas dengan menemuiku waktu itu.”

“ Dia pernah menemuimu?”

“ Ne hanya sekali,aku pikir ia sudah kapok ternyata ia malah menemuimu juga.”

“ Berikan saja apa yang dia mau.”

“ Tidak bisa..”

“ Jangan buat semuanya semakin sulit.”

“ Kau tidak mengerti apa yang terjadi,jika kita memberikan apa yang dia mau itu sama saja kita menyakiti semuanya.”

“ Pikirkan lagi permintaanya,kita tidak bisa menyembunyikan ini selamanya.”

***

“ Aku minta maaf,tidak seharusnya aku pergi begitu saja kemarin.” Donghae menemui Yoonmi saat gadis itu sedang berada di café dekat kantor. Donghae memutuskan untuk tidak menemui Yoonmi di ruangan kerjanya karena akan menimbulkan semakin banyak berita mengenai hubungannya dan Yoonmi.

“ Darimana kau tahu aku ada di sini?” Yoonmi mengambil cangkirnya yang masih mengeluarkan asap dan meminumnya perlahan. Tatapan matanya fokus pada majalah yang sedang dibukanya.

“ Firasatku yang membawaku ke sini.” Tentu saja Donghae berbohong,selama ini ia mengikuti Yoonmi saat jam makan siang,gadis itu tidak pernah makan di kantin kantor,melainkan ke café ini yang jaraknya lumayan jauh dari kantor.Tetapi Donghae tidak pernah berani menegur Yoonmi.

“ Tuan Lee,katakan saja apa maumu.”

“ Aku terlalu terkejut kemarin,aku merasa tidak enak padamu,Yoonmi-ah,aku benar-benar menyesal. Aku sudah berpikir semalam dan aku memang awalnya tidak bisa menerima kenyataan itu.”

“ Aku tidak menyuruhmu menerima kenyataan itu,Donghae.”

“ Aku akan menerima anakmu seperti anakku sendiri.”

“ Mwo? Kau bercanda,Donghae-ssi?”

“ Bukankah memang begitu seharusnya?”

“ Aku tidak tahu apakah kau serius atau tidak denganku.”

“ Yoonmi,mengapa kau masih tidak yakin?”

“ Kau belum tahu semuanya,Donghae.”

“Ceritalah,aku akan mendengarkan semuanya.”

Setelah berpikir beberapa saat,Yoonmi akhirnya memutuskan membuka semuanya di hadapan pria ini. Ia berharap dengan cara itu ia bisa membuat Donghae manjauh darinya. Tidak lagi mengganggunya dengan semua kata cintanya.

“ Sudah puas kau tuan Lee?”

Donghae lagi-lagi hanya bisa dibuat terkejut dengan penuturan Yoonmi yang menurutnya adalah sesuatu hal yang tidak diceritakan dengan nada sesantai itu. Donghae salut pada ketegaran Yoonmi,mempunyai anak dalam usia 13 tahun adalah sesuatu yang berat,apalagi ayah dari anak itu menghilang tanpa kabar.

Tadinya Donghae berpikir Yoonmi sudah pernah menikah dan mengalami perceraian sehingga gadis itu begitu tertutup dan menolak cintanya mati-matian,tapi ternyata kenyataannya lebih rumit daripada itu.

“ Bawa aku menemui anakmu.”

“ Tidak bisa..”

“ Yoonmi..”

“ Aku tidak suka jika kau hanya mempermainkanku,Donghae,aku tidak bisa diajak main-main kau sudah tahu semuanya,masa lalu kelamku.”

“ Aku akan serius denganmu.”

“Mwo?”

“ Dangsin-I nawa gyeolhonhaejullae?”

“ Menikah bukan main-main,Donghae..” Yoonmi sedikit tersentak ketika pria itu melamarnya.

“ Aku tahu dan aku tidak ingin membuang-buang waktu hanya dnegan berpacaran denganmu.”

“ Kau gila,Donghae-ssi.”

“ Yoonmi,biarkan aku mengenalmu dan ikut menanggung semua bebanmu.”

Donghae mengambil tissue dari meja dan memilinnya membentuk untaian panjang kemudian ia berlutut. Yoonmi memandang sekelilingnya,semua orang tampak memperhatikan mereka,wajah Yoonmi memerah,ia tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu.

“ Kim Yoonmi..” Donghae meraih tangan Yoonmi,gadis itu ingin menarik tangannya tetapi Donghae menggenggamnya terlalu kuat.Belasan pasang mata yang melihat kejadian itu mulai berbisik-bisik heboh.

“ Would you marry me?”

Suara tepukan tangan dan teriakan heboh terdengar di sana sini,menyuruh Yoonmi menerima lamaran dadakan Donghae,apalagi saat pria itu mengikatkan pilinan tissuenya di jari manis Yoonmi.

“ Mungkin sekarang hanya cincin rapuh ini yang bisa kupersembahan padamu,tetapi aku berani menjamin bahwa cintaku tidak seperti cincin ini,hancur hanya karena terkena keringat,atau seperti cincin lainnya yang tidak abadi,aku berani berjanji untuk membahagiakanmu Yoonmi.Kau bisa pegang janjiku padamu.”

Yoonmi tertegus sebelum air mata menghiasi kedua pipinya,membuat Donghae melepaskan genggamannya.

“ A..aku..” Yoonmi kesulitan meneruskan kalimatnya. Keraguan sempat muncul dalam hatinya,sampai ia bisa melihat sinar ketulusan dalam kedua bola mata Donghae,membuanya yakin.

“ Saranghae,Lee Donghae,aku mau menikah denganmu.”

***

          “ Puas sekarang kau,Choi Minho?” untuk pertama kalinya sejak mereka bertengkar,Saena menghampiri Minho dan menghujamnya dengan tatapan dingin.

“ Mianhaeyo,noona,tapi harusnya kau tahu aku akan tetap melakukannya dengan atau tanpa izin darimu,ini semua demi kebaikan kita,noona.”

“ Tapi aku..”

“ Aku tahu kalau mungkin mulai sekarang dan seterusnya kau akan muak karena mereka berpura-pura baik denganmu,setidaknya itu lebih baik daripada kau terluka secara fisik ataupun hatimu,noona.”

“ Baiklah,Minho,aku akan menerima semuanya dengan satu syarat.”

“Syarat?”

“ Aku tahu kau mencintai Yoonhee,tetapi ini juga demi kebaikanmu Minho jauhi gadis itu,aku mohon.Dia tidak baik untukmu.”

“ Da..darimana kau tahu,noona?”

“ Perubahan sikapmu belakangan ini sudah menjawab semuanya,Minho,kau menjadi aneh dan itu karena kau mencintai Yoonhee kan?”

“ Ne,noona,aku memang mencintainya.”

“ Minho kau boleh membenciku setelah ini,tapi aku mohon,jangan dekat-dekat dengannya.”

“ Aku tidak bisa janji,noona.”

“Kau harus janji,Minho,aku butuh kepastian.”

“ Baiklah,noona..” Minho menjawab dengan berat hati. Ia harus memilih antara noonanya atau cintanya dan pilihan Minho jatuh pada noonanya.

Pertama kalinya juga Saena harus melihat Minho sedemikian terluka,ekspresi pria itu begitu tersiksa. Saena ikut merasakan betapa tersiksanya Minho,tetapi ia melakukan semua itu demi Minho,walaupun ia menjadi orang yang jahat sekalipun di mata Minho.

Saena melihat Minho yang menaiki tangga menuju kemarnya dengan pandangan kosong,pria itu seolah kehilangan sebagian jiwanya dan raganya hanya bertahan dengan sebelah jiwa.

“ Mianhaeyo,Minho-ah,untuk kali ini saja aku berlaku egois..”

***

          Saling tahu perasaan masing-masing tidak akan menjamin,dua insan itu akan bersatu,saling tahu perasaan masing-masing memang akan melegakan keduanya setidaknya orang yang mereka cintai tahu bagaimana perasaan mereka sesungguhnya,walaupun tidak akan terbalaskan. Dalam kasus Minho dan Yoonhee,dua insan ini saling mencintai satu sama lain,tetapi menyimpan perasaannya sedemikian rupa sehingga hanya menjadi serpihan puzzle yang tidak tersusun.

Yoonhee merasa 1 minggu ini sikap Minho berubah padanya,semakin dingin bahkan seperti tidak saling mengenal. Seperti kejadian seminggu yang lalu itu tidak pernah ada.

Kalau seminggu yang lalu Minho yang mengejar-ngejar Yoonhee meminta penjelasan dari gadis itu,minggu ini giliran Yoonhee yang mencari jawaban dari sikap aneh Minho. Ia segera menarik tangan pria itu ketika pria itu melintas di dekatnya,perlu tenaga ekstra memang untuk melakukannya karena Minho lebih kuat darinya.

“ Kenapa sekarang kau jadi begitu membenciku?”

“ Aku tidak pernah membencimu.”

“ Lalu kenapa sikapmu berubah?”

Minho tidak bisa lagi menahan perasannya,ia memang mencintai gadis itu tapi ia tidak bisa egois. Pilihannya tidak semudah itu.

“ Aku hanya..” Minho tidak melanjutkan kata-katanya,ia malah memeluk Yoonhee erat,seolah tidak ingin melepaskan gadis itu.

Yoonhee merasa nyaman dalam pelukan pria itu,ia membalas pelukan Minho sama eratnya seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Ia begitu merindukan sosok pria yang membuatnya menjadi tidak tenang karena mengira pria itu membencinya.

“ Yoonhee noona.” Minho melepaskan pelukannya dari Yoonhee dan menatap Yoonhee dalam menggunakan tatapan teduhnya bukan tatapan dingin yang seringkali dilemparkannya pada orang-orang.

“ Saranghae..” Minho melanjutkannya sambil tetap menatap kedua mata Yoonhee.

Sejujurnya kata-kata itulah yang ditunggu Yoonhee keluar langsung dari bibir Minho,Yoonhee tahu kalau Minho mencintainya,tetapi tanpa kata-kata pengucapan seperti itu,cinta Minho hanyalah kepalsuan.

“ Aku harap perasaanmu sama padaku,noona.”

“ Ne,aku juga mencintaimu,Minho.”

“ Tapi..”

“ Tapi apa?”

“Kita tidak bisa bersama,noona.”

“ Kenapa?” Yoonhee mengatakan kalimat itu dengan perasaan hancur.

“ Semua demi kau dan aku.”

“ Baiklah,kalau memang itu keinginamu.” Yoonhee berusaha tegar di atas hatinya yang tercabik-cabik. Berusaha tersenyum walaupun itu terasa palsu,membuat Minho yakin kalau ia akan baik-baik saja.

***

          Saena meraih ponselnya yang bergetar menandakan ada panggilan masuk. Ia mengenali nama pemilik panggilan ini sebagai seseorang yang sudah membuatnya menjadi aneh belakangan ini. Lee Donghae.. Sejak kejadian mereka bertemu beberapa waktu lalu,Saena mengirimkan pesan permintaan maaf karena waktu itu ia memang benar-benar sedang merasa kacau dan untunglah Donghae mengerti.

“ Yeoboseyo,oppa,ada apa,tumben kau menghubungiku.”

“ Aku merasa rindu padamu,gadis aneh,bisakah kita bertemu?”

“ Gadis aneh? Aishhh…”

“ Ne,mianhaeyo,aku ingin bercerita padamu mengenai suatu hal,bisakah kita bertemu?”

“ Ne,dimana?”

“ Akan kukirimkan di mana alamatnya.Kau datang ke sana sore ini.”

“ Baiklah,annyeong,oppa,sampai ketemu nanti.”

***

          Saena sampai ke sebuah café yang alamatnya dikirimkan padanya.Ia sepertinya kesulitan menemukan Donghae karena suasana café yang agak ramai. Tetapi Donghae yang melihatnya sudah melambaikan tangannya kepada Saena,untungnya Donghae memilih tempat yang tidak begitu jauh dari pintu masuk.

“ Sudah lama menunggu?”

“ Belum,aku baru datang sekitar 15 menit yang lalu.”

“ Ada apa  kau memanggilku?”

“ Kau sudah kuanggap seperti dongsaengku,Saena,aku ingin kau tahu kebahagiaanku.”

“ Kebahagiaan? Hahahaha.. memangnya ada apa?” Saena membolak-balikkan buku menu yang berada di hadapannya.

“ Aku akan menikah.” Donghae mengucapkan kata-kata itu dengan nada bahagia. Bisa terlihat jelas dari raut wajahnya yang menunjukkan kebahagiaan.

“ Jinjjayo? Chukae oppa..” Saena berusaha terlihat bahagia walaupun hatinya terasa teriris mendnegar penuturan Donghae.

Ia tidak akan menyangka kalau kabar yang dibawa Donghae akan terasa semenyakitkan ini,kabar pernikahan memang sesuatu yang bahagia tetapi rasanya akan berbeda jika yang mengucapkan adalah seseorang yang mempunyai arti penting dalam hidupmu.

“ Kau harus datang ke pernikahanku,undangannya akan segera kukirim.”

“ Arraseo oppa,aku pasti datang.” Saena berbohong. Ia tidak mungkin sanggup datang dan melihat Donghae bersanding dengan wanita lain.

“ Kau tahu aku bahkan belum setahun mengenalnya,tetapi entah keyakinan darimana yang membuatku yakin kalau ia adalah jodohku.”

“ Belum setahun? Kau yakin akan menikah dengannya oppa?”

“ Ne,belum pernah aku merasa seyakin ini dalam hidupku.”

“ Aneh sekali.” Saena berusaha menahan perasaan sedihnya,ia mengontrol nada suaranya agar terdengar bahagia,namun ia tidak bisa menyembunyikannya,sehingga yang terdengar adalah nada datar dan seolah berita yang dibawa Donghae bukanlah sesuatu yang istimewa.

“ Memang cinta itu aneh,oppa.” Aneh memang karena Saena yang mencintai orang yang baru dikenalnya beberapa bulan.

Tetapi itulah yang dinamakan cinta,satu perasaan yang tidak bisa diramalkan kapan ia akan datang dan begitu hebatnya mempengaruhi hidup seseorang,ia lalu mungkin akan pergi begitu saja dengan seiring berjalannya waktu,meninggalkan bekas-bekas luka yang tidak mungkin hilang,sama seperti ketika kita menulis di suatu kertas putih,sekeras apapun kita berusaha menghapus tulisan itu,tentu saja tulisan itu tidak akan hilang sepenuhnya,masih ada bekas-bekas yang tersisa,kertas itu tidak akan menjadi putih kembali.

“ Sepertinya keadaanmu tidak lebih baik dari sebelumnya ya?”

“ Mwo?”

“ Lihatlah ekspresimu! Menyedihkan.. Saena,oppamu ini akan menikah kenapa ekspresi seperti itu yang kau tampilkan?”

Berita pernikahanmu yang menyakitiku,oppa

“ Aku hanya ada sedikit masalah,mianhaeyo,oppa,aku bukannya tidak bahagia.” Saena berusaha tersenyum walaupun dibalik senyuman itu ada luka.

“ Arraseo dan kau belum siap membaginya denganku?”

Drrt drrtt

Donghae merogoh saku jasnya dan mengeluarkan ponselnya dari sana. Ia permisi sebentar untuk mengangkat teleponnya.

Saena merasa sedikit lega saat bayangan Donghae menjauh,setidaknya ia bsa bernafas dan menenangkan dirinya  sejenak dari berita mengejutkan yang dibawa Donghae.

“ Mianhae,Saena,calon istriku menelpon dan aku harus ke suatu tempat.” Donghae memasukkan ponselnya ke saku celananya. Ia menghampiri Saena dengan tatapan menyesal.

“ Gwechana,oppa.”

Sepeninggal Donghae,air mata yang sejak tadi ditahannya meluncur mulus membasahi pipinya.

***

To Be Continued

5 responses to “[Korean Fanfiction] Whether I Hate You or Not (chapter 7B)

    • Annyeong chingu 😀
      emang >.< aku juga ngetiknya ngenes banget *malah curcol

      hehehe tapi tenang chingu ini mah belom seberapa*plak
      tapi akhir dari konflik ini aku mau bkin HE kok chingu tapi masa lamaaa banget soalnya ini ff ada sequelnya

Tinggalkan komentar