[FF Request] If I Die Tomorrow (Kang Minhyuk C.N.Blue, Choi Young Rae) part 1 of 2, NC 17

Author : ANGELAFT RACTA

Title : If I Die Tomorrow

Lenght : Oneshot

Genre: Angst, Romance

Rating: NC 17

Cast: Choi Young Rae (OC), Kang Minhyuk (C.N. Blue), C.N. Blue

Disclaimer: The celebrities’ names/images are merely borrowed and do not represent who the celebrities are in real life. No offense is intended towards them, their families or friends. The original characters and plot are the property of the author. Please do not copy without permission.

————————————————————————————————————-

(Youngrae POV)

Kuperhatikan lagi kalender yang terpampang di layar iPhone-ku. Benar tanggal ini. Ya, aku selalu memasang pengingat di HP-ku setiap tanggal 7 setiap bulannya. Kau tahu ada apa di tanggal 7? Well, mungkin semua orang akan menganggap kejadian yang kualami setiap tanggal 7 adalah anugrah. Tapi buatku, ini adalah bencana.

“Youngrae-ya, pukul berapa mereka mau datang?” Tanya dokter Minjung yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri.

“Sejam lagi mereka akan sampai.” Jawabku.

Perkenalkan semuanya, namaku Choi Young Rae. Sudah setahun ini aku menjadi ko-as atau dokter magang di sebuah rumah sakit swasta si Seoul. Sudah setahun ini pula aku bekerja dengan dokter Minjung sebagai pembimbingku.

“Youngrae-ya, tolong siapkan alat-alat pemeriksaannya.”

Ne, eusanim (baik, dokter).”

Dengan lihai aku mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk check up bulanan mereka. Setiap bulan, setiap tanggal 7 mereka memang akan melakukan check up. Untuk memastikan mereka sehat sehingga jadwal manggung, tour, rekaman, atau kegiatan mereka lainnya (yang sepertinya sangat padat) tidak akan terganggu oleh hal-hal sepele seperti demam, keracunan, atau sakit perut.

            Cih, bagaimana mereka bisa sakit apabila mereka sendiri selalu menerapan pola hidup sehat yang diawasi langsung oleh konsultan gizi mereka setiap harinya di dorm mereka?

Hari ini mereka ingin melakukan check up lengkap. Bukan hanya check up bulanan yang biasa. Check up lengkap ini biasanya mereka lakukan sekali 6 bulan.

Kau ingin tau siapa yang kumaksud dengan ‘mereka’? Kuberi petunjuk, mereka adalah 4 orang namja menyebalkan, yang menjadikan gitar, bass, dan drum sebagai teman sejati mereka. Ya, mereka adalah Jung Yonghwa, Lee Jonghyun, Kang Minhyuk, dan Lee Jungshin.

“Mereka datang… Youngrae-ya, ayo panggil nama mereka satu persatu.”

Hmm.. baiklah. Aku akan memanggil nama mereka satu persatu, “Jung Yonghwa-ssi.”

Meskipun yang kupanggil barusan adalah seseorang dengan nama ‘Jung Yonghwa’, tetapi yang masuk bukan hanya satu, melainkan 4 orang. Ya, keempat-empatnya memaksa masuk kedalam ruang praktek yang kecil ini dengan alasan mereka terlalu malas menunggu di ruang tunggu karena malas berhadapan dengan kamera-kamera yang selalu mengintai mereka.

Anyyeong Noona! (Halo kakak).” Cih, mulai lagi keisengan mereka yang langsung berbicara dengan bahasa banmal (bahasa non-formal). Padahal jelas-jelas usiaku lebih tua dari mereka dan aku belum pernah sekalipun mengizinkan mereka berbicara dengan bahasa banmal kepadaku. “Noona, mukamu itu memang selalu galak seperti itu ya? Wah, kalau seperti itu terus kau tidak akan pernah mendapat pasien nanti!”

Grr, aku akan melakukan apa saja agar Lee Jungshin itu menutup mulutnya rapat-rapat selama berada disini.

Ya! Kalian! Berhentilah mengganggu anakku Youngrae!” Khamsa hamnida Minjung eusanim (Terimakasih dokter Minjung). Hiks, aku sampai terharu ketika kau bilang kalau aku ini anakmu. Setelahnya Minjung eusanim tersenyum padaku. “Youngrae-ya, kau bisa mulai mengambil sampel darah mereka sekarang.”

Aku mengangguk dan memulai prosedur pengambilan darah Minhyuk. “Minhyuk-ssi, tangan mana yang biasa kau gunakan untuk memegang pensil?”

“Aku tidak mau jawab kalau kau masih menambahkan ‘-ssi’ dibelakang namaku. Ayolah, aku kan selalu memanggilmu noona.”

(catatan: -ssi biasa digunakan untuk panggilan resmi atau untuk memanggil orang yang tidak terlalu akrab. Sedangkan panggilan noona dan –ya dan –ah digunakan hanya untuk orang-orang yang sudah saling akrab).

Huh.. Baiklah kalau itu memang maunya. “YAK! Minhyuk-ah! Kalau kau tidak segera menyodorkan tanganmu maka aku akan menyuntikmu di pantatmu!” Seruku galak. Setelah itu aku menerima tatapan melotot dari Minjung eusanim.

Noona, kau itu memang galak ya. Hahaha. Baiklah, ambil darah dari tangan kiriku.”

Aku mulai berkonsentrasi mensterilkan jarum suntik dan mengoleskan alkohol di tangan Minhyuk dengan kapas. Tapi selagi aku berkonsentrasi, tiba-tiba…. seseorang menempelkan stetoskop di dadaku.

“Noona, jantungmu berdebar cepat sekali. Tapi meskipun begitu bunyinya indah ya. Hahahahahahahahahaha.” LEE JONGHYUN!!! Berhenti bermain dengan peralatan kami!!!!

“Wah, kalian juga punya mainan untuk anak kecil. Pasti untuk membujuk anak kecil yang tidak mau disuntik, hahahaha. Wew, Jonghyun-ah, kodok ini mirip sekali denganmu! Hahahaha.” JUNG YONGHWA!! Aku tidak percaya usiamu sudah 22 tahun! Tingkahmu tidak jauh berbeda dengan anak SD umur 10 tahun!

NOONA!” Aku kaget mendengar Minhyuk memanggilku. Oh, gara-gara mereka aku lupa mengambil sampel darah Minhyuk. Oke oke, baiklah. Aku akan mulai mengambil sampel darahmu.

Noo… noona…” Suaranya bergetar. Aku tahu sekali kalau jarum suntik adalah kelemahannya.

Sreeettt.. seseorang menarik daguku dan memaksa mataku untuk berhadapan dengan matanya. “Kumohon, tataplah mataku. Aku terlalu takut untuk melihat jarum suntik itu.”

“Yak! Minhyuk-ah, tutup saja matamu kalau begitu! Kalau aku harus menatap matamu, bagaimana bisa aku mengambil darahmu!” Aku mengamati 3 member C.N. Blue yang lain yang masih bermain-main dengan peralatan kami. “Kalian! Tak bisakah kalian sedikit membantuku menghadapi si kecil pengecut satu ini?”

“Minhyuk choding (anak kecil) takut jarum suntik. Sini, biar hyung (kakak laki-laki) membantumu. Kekekeke..”

“Arghh… urrgghh.. kalian…” Mereka bertiga benar benar membantu sekali. Jungshin menutup mata Minhyuk, Jonghyun menahan tubuhnya agar tidak kabur, sementara Yonghwa menahan tangannya agar tetap diam selama proses pengambilan darah.

“Selesai!! Minhyuk-ah, sekarang kau bisa pergi untuk pemeriksaan lain. Kalian bertiga, tetap disini dan HARAP TENANG!”

**********

(Yonghwa POV)

Fuiih, akhirnya selesai juga serangkaian proses pemeriksaan kami. Hasilnya bisa dilihat beberapa hari lagi. Tapi aku yakin kalau aku sehat-sehat saja, seperti biasa.

Hyung, bisakah kita berjalan cepat sedikit? Aku ingin cepat-cepat tiba di mobil.”

“Minhyuk-ah, gwenchana? (kau baik-baik saja)” Kulihat wajahnya sedikit pucat. “Jangan bilang kau belum sarapan sebelum pengambilan darah barusan!”

“Tak usah banyak bicara, hyung. Aku benar-benar pusing sekarang.”

Ada apa dengan Minhyuk? Apa dia sakit?

*********

(Youngrae POV)

Beberapa hari kemudian…

Anyyeong haseyo, Minjung eusanim. (Hai, dokter Minjung)” Sapaku begitu aku memasuki ruangan Minjung eusanim. Pagi ini seperti biasa, aku siap melayani pasien yang datang. Yosh!! Berjuang untuk masa depan!!

Eusanim?” Eusanim tidak menghiraukan panggilanku. Dia malah berkutat dengan kertas putih dihadapannya dengan muka yang sangat serius. Keningnya berkerut dan sepertinya ada sesuatu yang menyesakkan dadanya sehingga dia harus menggunakan tangannya untuk mengurut-urut dadanya.

“Youngrae-ah, bisa kau telepon Minhyuk-ssi pasien kita? Hasil pemeriksaannya sudah keluar.”

Ne (ya, baik). Apa yang lain perlu kutelpon juga?” ‘yang lain’ maksudku adalah member C.N. Blue yang lain.

“Tidak usah, cukup Minhyuk-ssi. Tolong beritahukan juga padanya kalau aku juga ingin bertemu dengan orangtuanya.”

Ne, eusanim.” Kuambil HP-ku dan kutelpon Minhyuk-ssi tanpa banyak bertanya.

**********

            “Minhyuk-ssi, kau datang sendiri?”

Kali ini Minjung eusanim dan Minhyuk-ssi duduk berhadapan sedangkan aku sedang membersihkan dan membereskan peralatan praktek di ruangan yang sama. Meskipun tampaknya aku sedang membersihkan peralatan, tapi sebenarnya pikiranku terfokus pada percakapan Minhyuk dan Minjung-ssi.

Ne, eusanim. Orangtuaku sangat sibuk sehingga tidak bisa datang.”

“Tapi ini sesuatu yang perlu kukatakan pada orang tuamu.”

“Umurku sudah 20 tahun dan aku sudah cukup dewasa untuk mendengar sendiri kondisi tubuhku seburuk apapun kondisinya.” Kulirik tatapan Minhyuk-ssi yang menajam. Sungguh berbanding terbalik dengan matanya sewaktu akan disuntik. “Aku sudah tau kalau kau akan bilang kondisiku tidak baik bukan? Katakan saja, eusanim.”

Kulihat kening Minjung-ssi semakin berkerut dan dia menatap iba pada Minhyuk-ssi seakan-akan tidak yakin kalau harus mengatakannya secara langsung. “Minhyuk-ssi, sebelumnya aku ingin kau tau kalau semua permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Jangan terlalu dipikirkan karena aku tahu kau akan bisa menghadapinya. Kau benar, kau sudah cukup dewasa.”

Kuhentikan semua kegiatan tanganku. Meskipun tubuhku tidak langsung menghadap pada mereka berdua, telingaku tetap fokus mendengarkan.

Eusanim, bisakah kau langsung mengatakan apa yang terjadi padaku? Langsung saja, tak usah menyebutkan penjelasan kedokteran yang tidak akan kumengerti oke? Kumohon, eusanim.”

Minjung eusanim menarik nafas panjang. “Baiklah kalau itu maumu..”

Sekali lagi kulirik tatapan Minhyuk-ssi semakin tajam dan tampak fokus terhadap apa yang akan dikatakan Minjung eusanim. “Kanker darah, dan hasil CT Scan menunjukkan ada semacam tumor di otakmu.”

Kanker darah dan ada semacam tumor di otakmu..

Kanker darah?

            Tumor?

            Mataku membelak mendengar pernyataan tersebut. Kanker darah? Tumor? Apa mematikan? Kenapa? Minhyuk-ssi? Bagaimana bisa? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di otakku.

Hening… yang terdengar hanyalah suara desahan napas kami dan desahan napas berat dari Minhyuk-ssi. Kami bertiga pastilah sedang berkutat dengan pikiran masing-masing. Minhyuk-ssi, dalam otaknya pastilah berkecamuk berbagai emosi dan terjadi peperangan batin yang berat. Minhyuk-ssi…..

**********

(Minhyuk POV)

“Kanker darah, dan hasil CT Scan menunjukkan ada semacam tumor di otakmu.”

Kanker darah? Tumor? Aku? Aku yang masih berumur 20 tahun ini?

Aku tidak tahu harus berkata apa. Kulihat Minjung eusanim menatapku iba sementara tubuh Youngrae noona membelakangiku. Meskipun begitu, aku bisa melihat tubuhnya bergetar hebat. Noona, apakah dia menangis?

“Minhyuk-ssi, Tumor di otakmu sewaktu-waktu bisa mempengaruhi penglihatanmu. Aku juga tidak mengerti kenapa hal ini baru muncul sekarang. Ini sama sekali diluar dugaanku. Kusarankan untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Kalau kau mau memeriksakan dirumah sakit lain aku bisa membuat surat rujukannya. Kau perlu surat itu?”

Aku tidak menjawab melainkan hanya mengangguk saja. Mataku masih memperhatikan tubuh bergetar milik Youngrae noona. Noona… noona… kenapa kau tidak mau menatapku? Kenapa kau tidak mau melihatku?

“Surat rujukan bisa kau ambil di bagian administrasi nanti. Dan…” Minjung eusanim menatapku tajam. “Kau tahu, kanker dan tumor dapat diperlambat penyebarannya dengan kemotheraphy.”

“Apa kanker dan tumor ini mematikan?”

Minjung eusanim malah tersenyum pahit. “Seperti yang kubilang, bisa diperlambat dengan kemoteraphy.”

Diperlambat? Tapi tidak menyembuhkan bukan?

Kemoteraphy? Kudengar prosesnya menyakitkan sekali. Tuhan, apa aku hanya memiliki jatah hidup untuk bersenang-senang hanya 20 tahun? Apa tahun-tahun kedepan aku akan melewati sisa hidupku dengan rasa sakit melawan kanker?

Eusanim?”

Ne?” (apa?)

“Bisakah kau rahasiakan tentang ini pada siapapun? Tolong jangan beritahu orang lain termasuk teman-temanku.”

Minjung eusanim mengangguk.

Khamsahamnida (terimakasih). Kalau begitu aku permisi dulu.”

Sebelum melangkah keluar, kusempatkan diri untuk melirik kearah Youngrae noona yang masih membelakangiku, menghindariku.  Noona.. kenapa kau menghindariku? Apa kau sudah tau kalau aku akan mati sebentar lagi? Ya, ini pasti karena itu!

Drrrttt.. drrrttt… Saat aku melangkah menuju kamar kecil, tiba-tiba HP-ku bergetar. Telepon masuk, dari Eomma, “Yeoboseyo?” (Halo?)

**********

(Youngrae POV)

            Aku masih merasakan tubuhku yang bergetar hebat berusaha menahan air mata yang sedari tadi memberontak ingin segera keluar dari mataku. Sebuah tangan lembut menyentuh pundakku. Tangan itu memang lembut, tapi tidak cukup untuk mengehentikan getaran tubuhku.

            “Youngrae-ya.” Kata pemilik tangan lembut itu yang tak lain adalah Minjung eusanim. “Kau tahu, bagiku inilah tugas tersulit seorang dokter, menghadapi kenyataan.”

            Aku tidak menjawab karena bibirku masih bergetar hebat sehingga tidak mampu berkata apapun. Karena itu Minjung eusanim terus berbicara.

            “Kau harus kuat Youngrae! Setidaknya kau harus terlihat kuat didepan pasienmu. Suatu saat kau juga akan mengalami pengalaman yang sama sepertiku.”

            “A… Aku…” Kupaksakan tubuh dan bibirku untuk bergerak sesuai keinginanku. “A.. Aku permisi sebentar.”

            Kupaksakan kakiku yang masih bergetar untuk melangkah keluar. Aku tidak boleh terlihat lemah didepan Minjung eusanim karena dia menyuruhku untuk tetap tegar demi pasien. Tapi seorang dokter juga manusia yang menyedihkan.

            Setibanya di kamar kecil, aku tak kuasa lagi. Air mataku tumpah sudah.

            “Minhyuk-ah…” Aku menyebut namanya diantara isakanku.

************

(Minhyuk POV)

            “Yeoboseyo?” Kataku sambil mengangkat telepon dari Eomma. “Eomma? Ya, aku baik-baik saja. Ne, nado boggoshippeoyo (aku juga merindukanmu). Apa kabarmu Eomma??

            “Appa? Kenapa dengan Appa?”

            Eomma kemudian menjelaskan mengenai perusahaan Appa yang sedang dalam kondisi tidak baik. Appa dituduh menipu buyyer sehingga sekarang diwajibkan membayar ganti rugi pada buyyer yang tidak sedikit jumlahnya. Aku mengangguk-angguk tanda paham.

            “Aku akan berusaha membantu, Eomma.”

            “Miyanhae kami merepotkanmu Minhyuk-ah.”

            “Kau bicara apa, Eomma? Kita keluarga bukan? Didalam keluarga tidak ada kata ‘merepotkan’.”

            “Kau anak yang baik Minhyuk-ah.” Kemudian aku mendengar Eomma terisak. “Baik-baik disana, jangan lupa jaga kesehatanmu.

            Jaga kesehatanmu.. terngiang kata-kata Eomma. Sudah terlambat Eomma.

            Kuperhatikan guide-book pemberian rumah sakit untuk persiapan kemoteraphy. Aku juga harus menjalani pemeriksaan lanjutan. Pasti itu semua memakan biaya yang tidak sedikit. Asuransi kesehatanku tidak mencangkup biaya kemoteraphy.

            Sreett.. Kubuang guidebook itu beserta surat rujukan ke rumah sakit lain. Sudahlah, daripada uang yang kudapat kugunakan untuk biaya pengobatanku, lebih baik uang ini kukirimkan pada Appa dan Eomma. Mereka pasti sekarang sedang berusaha melalui masa-masa sulit. Aku juga harus berjuang bersama mereka.

            “Hikss… Hiks…” Seseorang menangis, terisak-isak, suara yeoja (perempuan) yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telingaku. Kudekati sosok yang sedang menangis itu. Youngrae noona?

**********

(Youngrae POV)
            Lagi-lagi seseorang menyentuh pundakku saat aku sedang menangis. Sosok itu membalikkan tubuhku dan mengusap air mataku dengan sebelah tangannya. Melihat sosok itu, airmataku semakin tidak mau berhenti.

            “Mi.. Minyuk-ssi.”

            “Panggil aku Minhyuk-ah, noona.”

            “Minhyuk-ah….” Dia mengangguk. “Min… Minhyuk-ah… Minhyuk-ah… Minhyuk-ah…” Aku memanggil namanya berkali-kali disela-sela isakan tangisku dan sosok namja berumur 20 tahun itu memelukku erat membiarkanku membasahi baju kausnya dengan airmataku.

            “Youngrae noona… Uljimalyo (jangan menangis).”

            Dibilang seperti itu tangisku malah menjadi-jadi. Minhyuk-ah… Minhyuk-ah… Minhyuk-ah…

************

(Youngrae POV)

            Tiga minggu berlalu sejak aku dan Minhyuk bertemu dalam suasana tidak menyenangkan waktu itu. Aku terus bertanya-tanya pada petugas administrasi didepan untuk menanyakan apakah Minhyuk sudah mendaftar untuk pemeriksaan lanjutan atau untuk program kemotheraphy. Tapi hanya gelengan kepala yang kudapat.

            “Eusanim!”

            “Ya, Youngrae-ah?”

            “Apa Minhyuk tidak datang untuk pemeriksaan lanjutannya?”

            Minjung eusanim menggelengkan kepalanya. “Mungkin dia sudah pergi ke rumah sakit lain dan mendapat perawatan disana. Aku kan sudah membuat surat rujukan untuknya.”

            Entah kenapa aku tidak yakin kalau Minhyuk akan pergi ke rumah sakit lain. “Apa perlu kutelpon dia untuk menanyakan hal itu, eusanim?”

            Minjung eusanim menggeleng. “Jangan kau lakukan itu Youngrae. Mendapat perawatan atau tidak itu adalah hak pasien. Sebagai dokter kita juga harus menghormati hak dan privacy mereka. Bersikaplah profesional, anakku.”

            Meskipun kecewa dengan perkataan Minjung eusanim, aku harus menuruti perintahnya. Aku hanya bisa berdoa semoga yang dikatakan Minjung eusanim  benar, bahwa Minhyuk mendapat perawatan lanjutan di rumah sakit lain yang dirasa lebih baik. Semoga…

**********

(Minhyuk POV)

            Sudah tiga minggu ini aku merasa sulit sekali untuk memejamkan mata. Entahlah, tiba-tiba aku takut untuk tertidur barang sejenak. Aku takut tidak dapat membuka mataku lagi. Meskipun akhirnya aku tertidur juga selama satu sampai empat jam dalam sehari. Keesokan paginya setiap kali bangun, tak lupa aku berdoa mengucap sukur karena bisa melihat matahari bersinar kembali.

            Aku tidak melakukan pemeriksaan lanjutan seperti yang disarankan Minjung eusanim. Untuk apa? Untuk mendengar kabar sekali lagi kalau ada tumor di otakku? Untuk mendengar kalau aku mengalami kanker darah? Tidak usah, terimakasih. Lagipula seperti keputusanku yang sudah bulat, aku tidak akan melakukan kemotheraphy yang menghabiskan biaya itu.

            “Minhyuk-ah!” Panggil Jonghyun hyung sambil menunjuk televisi. “Selamat, kau terpilih sebagai pria yang paling ingin dikencani wanita selama musim gugur. Hahahaha. Chukkae (selamat).”

            Jinjja (Benarkah)?? Aku harus melihat sendiri acara televisi itu. Tapi…

            “Minhyuk-ah, ada apa?” Tanya Jonghyun hyung lagi.

            “Ti.. tidak… tidak ada apa-apa.”

            Tidak ada apa-apa kecuali mataku yang tiba-tiba mengabur. Aku melihat layar televisi yang menampilkan foto-foto diriku tetapi aku tidak bisa membaca tulisan apapun disana. Semuanya buram. Apa itu huruf ‘A’?? Aku ragu, apa benar itu huruf ‘A’ atau ‘YA’?? (tulisan hangul ‘A’ = 아 sedangkan huruf YA = 야) Tidak hanya ‘A’ dan ‘YA’ tapi juga huruf-huruf lain yang tidak jelas garis-garisnya.

            Teringat olehku kata-kata Minjung eusanim….

 Tumor di otakmu suatu saat akan mempengaruhi penglihatanmu.

**********

(Youngrae POV)

            Meskipun awalnya aku berniat berbelanja keperluan sehari-hari, tanpa sadar kakiku melangkah ke salah satu toko kaset, CD, dan album. Kemudian mereka (kaki-kakiku) tak mau beranjak dari rak best seller. Meskipun ada banyak album di rak itu, mataku hanya terpaku pada satu album. Meskipun tidak berniat membeli, kuambil juga album itu hanya untuk melihat sampulnya. Foto seseorang yang berada paling kanan di almbum berjudul Bluetory itu, sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihatnya.

            “Kau, boice?” (Boice; nama fanbase C.N. Blue) Tiba-tiba seseorang menyapaku. Berkacamata hitam, bermasker, dan bertopi. Satu kata yang tepat untuk menggambarkannya, M.E.N.C.U.R.I.G.A.K.A.N.

            Baru saja aku akan meletakkan kembali album itu pada rak-nya, tiba-tiba tanganku seperti ditarik oleh tangan seseorang. Tak hanya tanganku, album yang hampir tiba di rak-nya pun langsung terebut oleh pemilik tangan yang sebelah tangannya menarik tanganku. Tak hanya menarik, dia bahkan MENYERET-ku dengan paksa menuju kasir.

            “Hey! Aku tidak…”

            “Sudahlah, kau ikuti saja.”

            Aku tidak begitu mengerti maksudnya. Tetapi ketika aku mengeluarkan dompet untuk membayar album (yang diletakkan ke kasir secara paksa oleh orang ini), orang itu justru lebih cepat mengulurkan uangnya pada kasir-nim. Hal aneh lain yang dia lakukan adalah meminjam spidol pada kasir-nim :p dan mencoret sesuatu di album sampul itu.

            “Aku pergi dulu, Bye!” Katanya sambil terburu-buru menyerahkan album itu padaku.

            Ada apa dengannya? Aku baru sadar ketika melihat album yang barusan dia berikan padaku.

            “Minhyuk-ah!!!!” Orang misterius itu sepertinya tidak terlalu mendengar jadi aku sedikit berjalan cepat menyusulnya dan memanggilnya dengan lebih keras. “MINHYUK-AH!!!!”

            Tampaknya dia mulai mendengar panggilanku. Dia berhenti dan kemudian berbalik kearahku.

            “Minhyuk-ah…” Kali ini aku memanggilnya dengan suara pelan karena aku sudah berada tepat didepannya. “Kau Minhyuk-ah bukan?”

            Orang misterius itu (yang kuduga sebagai Minhyuk) membuka sedikit kacamata hitamnya dan langsung terlonjak kaget. “Youngrae noona?”

            “Memangnya tadi kau tidak melihatku sebelum menyeretku barusan?”

            “Ani (tidak).” Minhyuk menggeleng.

            Hening lagi.. Entah kenapa aku dan dia sama-sama canggung bertemu kembali setelah berbulan-bulan tidak bertemu. Apalagi setelah kejadian terakhir yang kita alami (pelukan. Red). Jadi aku hanya memain-mainkan album dan menatap sampul album bluetory yang sudah ada tandatangan Minhyuk diatasnya.

            “Mm… apa yang kau lakukan disini, noona?”

            “Aku? Hanya berbelanja. Setelah ini aku berencana untuk pulang ke apartemenku. Kau sendiri?”

            “Aku hanya menghabiskan waktu, ingin melihat penjualan albumku. Hehehe.” Tawa jailnya kembali. Sudah lama aku tidak melihat tawa jail ini.

            “Ooh.. oke…” Suasana kembali canggung. “Kalau begitu, aku pulang duluan.”

            “Barusan tiba-tiba hujan turun. Memangnya kau tidak lihat, noona?”

            Eh??

************

            “Tuh kan! Benar! Apa kataku!”

            Benar saja, hujan yang awalnya rintik-rintik, nyatanya semakin lebat saja ketika aku berada di pintu gerbang pusat perbelanjaan yang tak jauh dari apartemenku. Biasanya darisini ke apartemenku aku cukup berjalan kaki saja. Tapi di tengah hujan seperti ini?

            “Sepertinya kau tidak mungkin pulang ya. Hahahha.”

            DUUUUAAARRRRRRRRR!!!!
“KYYYYAAAAA!!!!!!!!!!!!”
Petir! Kenapa ada petir disaat-saat seperti ini? Bunyinya menggelegar seperti suara dewa yang sedang marah.

            “Noona??” Gara-gara petir barusan tanpa sadar aku jadi memeluk Minhyuk. Tanganku berpegang erat pada jaket yang sedang ia gunakan sementara kepalaku kusembunyikan di dadanya. “Kau masih takut petir?”

            “Mi.. Miyanhaeyo!!” Kyyyaaaa!! Apa yang kulakukan???!!! Aku langsung melepas ‘pelukan’ itu dan berlari menembus hujan. Sebaiknya aku segera kembali ke apartemenku sekarang.

            “Noona!” Panggilan itu?! “Noona!
Minhyuk berlari menyusulku menggunakan jaketnya untuk menutupi kepalanya (sebenarnya tidak berpengaruh banyak sih). “Apartemenmu dimana? Biar kuantar.”
“Minhyuk-ah! Apa yang kau lakukan?!! Segera cari tempat berteduh sekarang!”
“Aku berteduh sementara kau hujan-hujanan begini? Tidak! Ayolah noona, biar kuantar.” Katanya sambil mengalihkan jaketnya keatas kepalaku.

            “Apa yang kau lakukan?! Tidakkah kau mengerti kalau kau harus menjaga tubuhmu agar tetap sehat? Apa kau lupa kalau kau…..”

            “Kalau aku adalah penderita kanker darah dan tumor? Tidak, tentu aku tidak lupa. Aku mengingatnya di setiap detik hidupku. Meskipun tatapan matanya terlihat sedih, tetapi aku bisa melihat senyum ketulusan di bibirnya. “Ayo cepat noona, sebelum kita terlalu basah.”

************

(Jonghyun POV)

            “Howwaaaahhhh!!!!!!!”

            Blettaakkk!! Seseorang menjitak kepalaku. Cih, leader sok tua itu ternyata (Yonghwa hyung maksudnya). “Jangan ribut! Aku baru mau tidur!”

            “Yak! Hyung! Bisa-bisanya kau tidur! Sebentar lagi kita sampai di lokasi panggung!”

            Benar, kali ini kami diundang untuk bernyanyi di sebuah waterpark. Pastinya letak panggung kami ada di luar ruangan. Manggung dibawah terik matahari  seperti ini tentu bukan hal yang mudah. Sekarang kami berada didalam mobil sehingga kami tidak merasakan panas, tetapi berani bertaruh, diluar sana pasti panas sekali!

            “Minhyuk-ah, gwenchanayo (kau tidak apa-apa)?” Suara Jungshin membuatku mengalihan pandangan kearah Minhyuk. Pantas saja Jungshin bertanya, Minhyuk terlihat pucat hari ini.

            “Ne.. (Ya). Kemarin aku hujan-hujanan, tapi rasanya aku baik-baik saja.”

            Ya, semoga Minhyuk baik-baik saja karena sebentar lagi kita akan manggung! Wanita berbikini di kolam renang, KAMI DATANG!!! #Yadongnya-Jonghyun-kumat.

**********

            “C.N.Blue, 5 menit lagi!” Seru seseorang pada kami yang masih duduk di ruang tunggu. Mungkin sebaiknya kami segera beranjak darisini dan stand by didekat panggung.

            BRUKK!!! Suara yang cukup keras terdengar dari arah belakangku. Minyuk menabrak sebuah meja karena sepertinya dia berjalan terhuyung-huyung. “Yak! Minhyuk-ah! Kau yakin kau baik-baik saja?”

            “Kau cerewet sekali hyung! Sudah kubilang aku baik-baik saja!”

**********

            “Aku Yonghwa, gitar dan vokal.” Kata Yonghwa hyung saat memperkenalkan di tengah kerumunan penonton usai kami menyanyikan sebuah lagu. “Di sebelah kananku, Jonghyun pada gitar dan vokal.”

            Jreeennngg.. sama seperti Hyung, aku juga menunjukkan sedikit kebolehanku pada penonton yang kemudian disambut dengan tepuk tangan dan teriakan dari yeoja-yeoja berbikini (gedubraakk) yang meneriakkan namaku.

            “Jungshin! Bassist!” <Jungshin langsung maenin bass>

            “Terakhir, Kang Minhyuk dengan drum-nya…”

            Kupikir penonton akan segera bertepuk tangan. Tapi ternyata malah…. hening. Penonton melongo karena tidak ada tabuhan drum yang terdengar. Begitu aku melihat kebelakang…

            Minyuk sedang melamun…

            “YAK! MINHYUK-AH!” Panggil Yonghwa hyung dengan mike-nya. “Apa yang kau lakukan di belakang sana? Ayo beri salam pada penonton!”

            Aku tau yang dimaksud memberi salam adalah mainkan sedikit drum-nya. Tapi yang terjadi malah wajah innocent Minhyuk yang kemudian berdiri kemudian mengatakan. “Anyyeong haseyo, Joneun Minhyuk imnida. (Halo, namaku Minhyuk).”

            Penonton yang menganggap itu lucu langsung tertawa terbaha-bahak.

**********

            “Capeknya… Yak! Maknae! Buatkan kami minum!” Boice pasti tau siapa maknae C.N. Blue bukan? Ya, maknae kami adalah si Jungshin chingu. Kami baru saja tiba di dorm setelah pulang dari panggung panas barusan. Panas sih, tapi mataku sejuk sehabis melihat yeoja-yeoja berbikini (gedubrakk).

            “Malas! Suruh saja Minhyuk! Dia kan maknae juga.”

            “Ada apa?” Kata Minhyuk yang tiba-tiba datang. Setiba-tiba itu pula dia linglung dan hampir jatuh.

            Hoop, untung saja aku berhasil menahan tubuhnya. “Minhyuk-ah, kau sakit?”

            “Tidak, aku hanya….” tes… tes.. sebelum Minhyuk sempat menyelesaikan kalimatnya, sesuatu terlihat menetes dari hidungnya diiringi bau anyir yang menyeruak. “Minhyuk-ah, kau mimisan?”

            “Miyanhae (maaf), hyung.”

**********

(Youngrae POV)

            Hari ini hari Minggu. Tetapi aku masih tetap ke kampus hari ini karena ada suatu urusan yang harus kuselesaikan. Ya, aku dokter ko-as yang masih terikat dengan kampusku, fakultas kedokteran.

            Drttt.. drrttt… Siapa yang meneloponku saat ini. Ah, ini Jungshin. “Yeobbeoseyo?”

            “Noona!” Kata Jungshin tanpa basa-basi lagi. “Minhyuk barusan mimisan dan sepertinya dia demam karena panas badannya tinggi sekali. Dia tidak mau dibawa ke rumah sakit!”

            MWO?! Minhyuk???

            “Jungshin, rawat Minhyuk dulu. Aku segera meluncur ke dorm kalian!”

************

            “Omo, 29 derajat. Tinggi sekali demammu, Minhyuk-ah.” Yonghwa masih memain-mainkan termometer yang tadi dia gunakan untuk mengukur suhu tubuh Minhyuk. “Sebaiknya aku harus menulis ini di cyworld agar banyak fans yang mengirimi ucapan semoga cepat sembuh. Untung-untung kalau ada fans yang mengirimi buah-buahan. Hahahaha, aku memang cerdas!”

            Leader otak setan, sebaiknya kau segera menyingkir dari kamar Minhyuk!

            Aku segera mengambil kompres dan meletakkannya di dahi Minhyuk. Sesaat tadi saat dia masih mimisan, tubuhnya terlalu lemah sehingga dia tak mampu membereskan mimisannya sendiri. Maka dari itu aku membersihkan darahnya dengan lap basah tak lupa menyuruh member yang lain untuk membantu Minhyuk mengganti pakaian.

            “Noona, ini…” Tadi aku minta tolong pada Jungshin untuk membeli beberapa obat dan sekarang dia kembali dengan obatnya. “Sebaiknya kami semua keluar sekarang.”

            Aku mengangguk mengiyakan. Kemudian Jungshin menarik hyung-hyungnya keluar dari kamar Minhyuk. Sebenarnya ini kamar Jonghyun, tetapi karena Minhyuk sedang sakit, Jonghyun mengusulkan agar Minhyuk tidur di kamarnya sementara dia akan tidur di kamar Minhyuk (yang digunakan berdua dengan Jungshin). (author: Yang pernah nonton we got married Yonghwa-Seohyun pasti tau posisi dan bentuk kamar mereka ^^).

            “Youngrae-ah….” Suaranya terdengar lemah. “Youngrae-ah,”

            Tunggu! Youngrae? “Ya! Minhyuk-ah, aku noona (kakak) mu!”

            “Youngrae-ah…” Ternyata Minhyuk mengigau dalam tidurnya. Sebaiknya kutukar kompresan ini.  “Youngrae-ah…”

            Sebelum kuletakkan kompresan yang baru, terlebih dahulu kuraba dahinya. Panas sekali. Masih belum turun. Bibirnya pucat dan tubuhnya tidak berhenti menggigil meskipun udara panas sekali.

            Chu! Kukecup dahi panas itu dengan lembut, “Selamat tidur, Minhyuk..”

            “Youngrae-ah…” Suara lemah itu lagi-lagi mengigaukan namaku. “Aku ingin memanggilmu Youngrae-ah.”

**********

(Minhyuk POV)

            Arrggh kepalaku terasa sakit dan panas sekali. Tiba-tiba aku merasakan ‘seperti dikecup oleh sesuatu yang menyejukkan’ didahiku. Seketika itu juga aku merasa sakitku berkurang kemudian lama-lama semua rasa sakitku hilang seluruhnya.

            Zaaaaapppp… aku membuka mataku.. ternyata ‘dikecup-oleh-sesuatu-yang-menyejukkan-tadi hanya mimpi. Ooh, dimana ini? Kenapa rasanya kepalaku berat sekali? Kompres? Sejak kapan aku dikompres? Ah, ini kamar Jonghyun hyung. Bagaimana bisa aku berada disini?

            Tik… tik.. tik.. jam dinding berdetik tak jauh dari tempatku terbaring. Pukul 3 sore. Sudah berapa lama aku terbaring?

            Kupandangi seluruh penjuru ruangan ini sebelum aku menyadari seseorang yang tidur disamping kasur tempatku terbaring. Sosok itu duduk di kursi dan hanya kepalanya saja yang berada diatas kasur. Matanya, matanya tampak lelah dan sepertinya habis menangis. Kenapa dia menangis? Apa dia menangis karena aku?

            Kubelai rambutnya kemudian kukecup kepalanya dengan lembut. “Selamat tidur, Youngrae-ah.”

            Kepalaku masih terasa berat dan pusing. Mungkin sebaiknya aku kembali tidur.

*********

(Youngrae POV)

            Omo! Sudah berapa lama aku tertidur? Sekarang sudah pukul 8 malam. Aah, aku pasti lelah sekali karena selain merawat Minhyuk, aku sempat membereskan dorm C.N.Blue yang begitu berantakkan (maklum, yang tinggal disana kesemuanya adalah namja (cowok).

            Aku bangkit dari kursi tempatku duduk agar aku dapat bersiap kembali pulang ke apartemenku. Tapi…

            Sebuah tangan yang hangat (karena demam) menahanku. “Youngrae-ah…”

            “Minhyuk-ah…” Kupikir dia terbangun. Ternyata setelah aku menoleh, matanya masih terpejam. Kulepaskan tangan itu perlahan dari tanganku. Setelah benar-benar terlepas, mata Minhyuk terbuka, dia sudah bangun.

            “Nonna…” Katanya begitu melihatku.

            “Tidurlah lagi, Minhyuk-ah.”

            “Tidak bisakah kau tetap disini?”

            “Sudah malam. Sebaiknya aku pulang.”

            Minhyuk mengangguk dan bermaksud mengantarku ke pintu depan tetapi aku mencegahnya. “Tidak usah, istirahatlah.”

**********

            Huwaa!! Kenapa tiba-tiba hujan lebat begini? Aku masih dijalan menuju apartemenku ketika hujan lebat tiba-tiba turun. Semoga Bom teman sekamarku sedang membuat ramyun (Mie rebus). Makan ramyun di hujan lebat seperti ini pasti menyenangkan sekali.

            Tetapi setibanya aku di apartemenku…

            “Bom?” Aku melihat Bom bersiap keluar dengan koper-koper besar. “Kau mau kemana?”

            “Miyanhae (maaf) Yongrae. Appa-ku tiba-tiba sakit. Aku harus segera pulang ke Busan. Mungkin aku akan meninggalkan Seoul untuk beberapa hari. Miyanhae Youngrae, aku meninggalkanmu sendiri disini.”

            “Gwenchana (Tak apa-apa). Semoga Appa-mu cepat sembuh.”

            Bom pergi setelah menitipkan beberapa pesan untuk kusampaikan. Aku mengangguk dan kemudian masuk kamarku, memandang keluar dari jendela kamarku sambil mendengarkan rintikan hujan. Tiba-tiba…

            BYYYYAAAARRRRRR!!!!!!!

            “HUWAAAAA!!!!!!”

**********

(Minhyuk POV)

            BBBYYYYAAARRRRR!!!!!

            Petir yang sangat keras menyambar dengan kilatan cahaya yang sempat membuatku terkejut. Petir ini, Youngrae noona takut dengan petir bukan?

            Tunggu, Youngrae noona takut dengan petir? Apa Youngrae noona baik-baik saja. Apa Youngrae noona telah sampai di apartmennya?

**********

(Youngrae POV)

            Sejak tadi petir terus menyambar-nyambar membuatku hanya bisa meringkuk disudut kamar. Mau menangis percuma saja. Tidak ada orang yang bisa menghentikan petir bukan? Bom, kenapa disaat seperti ini kau malah tidak ada di Seoul?

            Drrrttt… Drrrtt… Drrrttt.. HP –ku yang bergetar membuatku sempat kehilangan napas untuk sesaaat (kupikir itu petir). Yonghwa menelepon?

            “Yeobboseyo?” (Halo?)

            “Noona!” Suara Yonghwa terdengar panik dari sebrang sana. “Apa Minhyuk bersamamu?”

            “Minhyuk?” Tanyaku heran. “Bukankah dia sedang beristirahat di rumah.”

            “Tidak ada, Minhyuk tidak ada di dorm sejak setengah jam yang lalu. HP-nya ketinggalan, sama sekali tidak bisa dihubungi.”

            “Baiklah! Aku akan mencoba mencari Minhyuk.”

            Petir masih menyambar, tapi kuberanikan diri untuk bangkit dari tempatku meringkuk meskipun aku selalu merinding tiap terdengar suara yang bagai ledakan diluar sana.

            Aku baru saja membuka pintu apartmen untuk melangkah keluar saat terdengar suara…

            BYAAARRRRR!!!!!!

*******

(Minhyuk POV)

            “KYYYYAAAAA!!!!” Suara teriakannnya yang nyaring memekakkan telingaku. Dia sempat sedikit ambruk namun aku buru-buru menahannya.

            “Kau tidak apa-apa, noona?”

            Youngrae noona tampak terkejut melihat wajahku. “Minhyuk-ah!”

            “Noona, kau tidak apa-apa?”

            Youngrae noona langsung menangis dan memegang kedua pipiku dengan kedua telapak tangannya yang lembut. “Minhyuk-ah, apa yang kau lakukan? Bukankah kau sedang sakit?”

            “Aku hanya ingin memastikan noona baik-baik saja.”

            Mendadak aku merasa kedinginan. Kedua kakiku seperti tak mampu menompang tubuhku lagi. Aku rubuh didepan pintu apartemen Youngrae noona. Sesaat sebelum aku kehilangan kesadaranku, aku melihat wajah Youngrae noona yang mentapku cemas sambil menangis.

            “Noona…” Kataku dengan sisa-sisa tenagaku. “Jangan bawa aku ke rumah sakit.”

**********

(Youngrae POV)

 

            Hujan sudah reda dan malam semakin larut. Minhyuk masih terlelap di kamarku, dengan susah payah kuangkut dia kesana saat dia masih pingsan. Demamnya sudah turun, dia hanya lemah kekurangan tenaga.

            Bau samkyetang menyeruak dari seluruh penjuru dapur. Sup ayam dengan ginseng pastilah bisa membantu memulihkan tenaga orang yang sedang sakit. Sebentar lagi masakan ini siap untuk kuberikan pada Minhyuk.

            Tes.. Tes.. air mataku tiba-tiba mengalir dan aku baru sadar kalau air mataku mengalir saat satu tetesnya masuk kedalam samkyetang yang sedang kubuat. Minhyuk-ah… Aku tahu tubuhnya semakin lama semakin melemah. Apalagi dia sama sekali tidak mengikuti kemoteraphy dan tidak pernah melakukan kontrol ke rumah sakit. Minhyuk-ah, berapa lama lagi kau bisa bertahan?

            “Arghh..” Tampak Minhyuk-ah mengerang pelan, kesakitan. Sepertinya dia sudah sadar. Jadi cepat-cepat kuselesaikan samkyetang dan kuhampiri dia di kamarku.

            “Sudah bangun?”

            “Noona!”

            Aku meletakkan semangkuk samkyetang di meja dekat tempat tidurku. “Ini, makanlah. Sudah larut. Apa kau mau aku menghubungi manajermu agar kau bisa dijemput?”

            “Tidak usah.” Katanya. “Aku sudah memberi kabar pada mereka kalau aku baik-baik saja. Aku bisa pulang sendiri.”

            Disilangkannya kakinya itu diatas kasurku kemudian dia mengambil semangkuk samkyetang. Minhyuk menghabiskan samkyetangnya sesuap demi sesuap sambil tersenyum dan memuji masakanku. Makannya begitu lahap meskipun dia masih tampak lemah. Aku tidak mengatakan apa-apa dan hanya duduk diatas kasurku, disebelahnya, menatap sosok didepanku. Lagi-lagi air mataku mengalir.

            “Minhyuk-ah, berapa lama lagi kau bisa bertahan?”

            Hening.. Minhyuk-ah berhenti menghabiskan makanannya. Dia meletakkan mangkuk itu kemudian mengusap air mataku dengan telapak tangannya. “Soal itu, tentu kau yang lebih mengetahuinya, noona. Bukankah kau dokterku?”

            Air mataku semakin bertambah deras. Bagaimana bisa dia mengatakan kalau aku adalah dokternya sedangkan aku tidak bisa menyelamatkannya dari maut yang siap menerkamnya kapan saja. Padahal aku benar-benar ingin menyelamatkannya. Ingin dia tetap berada di dunia ini. Ingin dia tetap bersamaku.

“Aku.. aku ingin berhenti menjadi dokter.”

            “Apa kau bilang, noona?”

            “Aku tidak bisa!” Aku menyerah…  “Aku tidak akan sanggup. Aku… aku…”

            Minhyuk mendekatkan wajahnya ke wajahku sehingga aku bisa melihat kemarahan didalam bola matanya. “Apa ini karena aku, noona?”

            Aku tidak menjawab sehinga Minhyuk sedikit membentakku. “Jawab aku, noona!”

            “Aku tidak sanggup! Coba kau bayangkan, dokter itu seperti burung gagak pemberi kabar kematian. Aku tidak bisa!”

            Minhyuk memelukku tetapi kali ini pelukannya terasa lebih erat dibandingkan pelukannya waktu itu. “Jangan menyerah noona. Aku tidak akan mati. Jadi jangan katakan kalau dokter adalah pemberi kabar kematian. Aku percaya noona akan menjadi dokter yang hebat yang nantinya akan mampu menyembuhkanku.”

            “Kenapa Minhyuk-ah? Kenapa kau begitu mempercayaiku?”

            Minhyuk melepas pelukannya sambil tetap memegang bahuku erat. Menatapku tajam seakan berkata, ‘kau seharusnya sudah mengetahui alasannya.’ Tetapi aku berusaha mengatakan lewat mataku, ‘belum, aku tidak tahu.’

            Wajah Minhyuk semakin lama semakin dekat hingga jarak hidung kami hanya tinggal beberapa senti lagi. Bibir kami kemudian bersentuhan. Dia mengecupku lembut dan ciuman itu berlangsung cukup lama. “Karena aku mencintaimu, noona.”

            “Minhyuk-ah..”

            “Saranghaeyo, noona… (Aku mencintaimu, noona)” Dia menciumku lagi. Tetapi kali ini ciumannya terasa lebih dalam dan lebih kasar. Bibirnya perlahan turun ke arah leherku membuatku mendesah.

            “Minhyuk…” Kataku disela-sela desahanku. “Nado saranghae (aku juga mencintaimu).”

            Lagi-lagi Mihyuk melepaskan kecupannya. Tapi kali ini nampaknya dia melepaskannya untuk alasan yang berbeda. Matanya semakin lama semakin tajam, meminta persetujuanku. Aku mengangguk dan membiarkannya melepaskan satu-persatu kancing kemeja yang sedang kupakai. “Lakukanlah, Minhyuk-ah….”

            Kami menikmati malam panjang itu berdua saja di apartemenku. Dia melakukannya dengan lembut. Terkadang aku menangis lagi tetapi Minhyuk ada disana. Dia segera menghapus air mataku dengan menjilatnya atau menghapuskannya dengan kedua tangannya.

            “Youngrae-ah….” Katanya di sela-sela kegiatan kami. “Aku ingin memanggilmu ‘Youngrae-ah’.”

            “Panggil aku sesukamu.”

            Kami berdua kembali larut dalam kegiatan kami. Berpelukan, saling bertukar kehangatan. Minhyuk memelukku erat seakan-akan tidak membiarkan aku terlepas sama sekali.

            Minhyuk-ah.. saranghaeyo

***********

(bersambung) klik disini untuk membaca If I Die Tomorrow – part 2 (Last part)

15 responses to “[FF Request] If I Die Tomorrow (Kang Minhyuk C.N.Blue, Choi Young Rae) part 1 of 2, NC 17

  1. annyeong
    wuahhh ffnya seru
    tapi kasian dong si Minhyuk sakit kanker darah sama tumor otak
    trus anggota yg laen udah pada curiga th krn Minhyuk sering keliatan pucet

    si Youngrae knp tkut ma petir?
    apa krn trauma masa lalu?*penasaran*

    lanjut
    gomawo ^^

  2. Ini aneh, seharusnya ini sedih kan? tapi kenapa kebanyakan aku malah ngakak bacanya, haha XD
    Ngebayangin Jonghyun yang entah kenapa jadi yadong parah
    Ngebayangin Yonghwa yang entah kenapa jadi leader otak setan, ekeke XD
    Tapi, paling ga bisa ngebayangin kalo seandainya nanti Minhyuknya mati :(.
    Minhyuk-nya jangan matiii dong, happy ending yah yah yah?
    NC-nya nanggung *plak* kkk
    Lanjut Angel, ceritanya seru

  3. Wakakak ini anak-anak CNBLUE kenapa pada gak beres? XD /pletak. WAHAHA LEADER SETAN, JONGHYUN SI OTAK YADONG X’D
    oke cukup, ini kan ff angst. Minhyuk lagi sakit sempat2nya ya gituan (?) =_= /dor. Keren thor, lanjutannya ya :’3

  4. minhyuk-ah…. Yungrae-ah…..#gubrakk
    Wow, endingnya gak nahan *blush

    Epic story dah !!
    poor minhyuk, udh sakit2 gitu, gak mau ikutan kemoteraphy buat bantuin appa-eomma nya T-T
    Tau gitu, mending ikutan jalinan kasih(??) ajaa…. #dibakar

  5. aaaaaaa… *treak histeris #apadah
    ini ff request an ku itu kan ><
    Cuman itu.. member cnblue pada gelo (?) semua xD

  6. Ping-balik: [FF Request] If I Die Tomorrow (Kang Minhyuk C.N.Blue, Choi Young Rae) part 2 END « Asian Fan Fiction Story·

Tinggalkan komentar