[FREELANCE] First and Last Love Story (part 1 of 2)

Author : PH
             @pigybabie
Cast:
You as Me
Dia ( Anggap aja bias masing – masing ) as Him
Your Ex Boy Friend as Lucifer
Twoshoot
#Np
Bruno Mars – Just the way you are
Lenka – The Show
Shinee – Replay
TVXQ – Ballons
Suju KRY – The one I love
You Pov…
Redupnya cahaya matahari menyapu pelan lapangan sekolah yang mulai membisu meninggalkan jejak hampa para siswa. Selang beberapa waktu segerombolan murid SMP yang baru selesai PM bersorak riang dan keluar bersamaan. Aku tersenyum bersama yang lain mendengar celotehan ringan para murid yang lain. Tetap heboh dan tetap menjadi aku seperti biasanya walau masalah bertubi – tubi.
“ Hari ini, harus ke ATM bayar uang sewa, terus belajar abis itu bikin makan malem. Mandi, chatting trus ga jadi maen sama yang lain deh…” Aku berusaha mengingat aktivitas apa yang harus kulakukan.
Langkahku melambat membiarkan murid yang lain melewatiku lebih dahulu dengan upaya desak – desakan mereka. Mataku tercekat melihat sesosok tubuh mungil yang tengah duduk manis sambil menjatuhkan seluruh wajahnya ke tangan kecilnya.
Rambut caramelnya melambai bebas ditiup angin sore yang bersahabat. Perawakannya terlihat sempurna dengan baju seragam SD yang rapi dan kulit putih pucatnya yang memancarkan auranya sendiri. Aku tersenyum sesekali melihatnya. Manis sekali anak ini, tapi dia sedang apa ya disini? Sayangnya aku tidak mau ikut campur urusan orang, jadi kutinggalkan dia dan bergegas menuju ATM dekat sekolah.
Well, hidup seperti diriku memang melelahkan. Orangtuaku sibuk mengejar materi semata dan aku anak tunggal yang kesepian jadi kuputuskan tinggal sendiri dengan menyewa sebuah kamar pada seorang nenek yang baik hati sembari menyelesaikan sekolahku. Setelah prosedur pengambilan selesai dan uangnya kudapat aku berjalan lagi ke arah berlawanan untuk pulang dan melewati sekolah lagi. Masih melihat anak kecil itu. Kasihan sekali wajah imutnya itu berganti dengan wajah sedih dan lesu. Lalu sesekali kulihat dia memegang perutnya. Dia lapar? Ya ampun imut sekali sich dia ini…
Sebenarnya aku tidak ingin ikut campur tapi tidak tega melihat dia seperti itu. Jadi sebelum aku menghampirinya aku berbaik hati membelikan dia makanan berserta minum baru mendekatinya.
“ Hai! Kau mau tidak?” Aku berusaha semanis dan seceria mungkin menghadapinya.
Dia mendongak dan wajahnya terlihat mengkilap dengan sapuan air mata.
“ Ini buatmu, mau tidak?” Aku menyodorkan makanan
“ Kakak mau nyulik aku ya?” Dia terlihat waspada. Lucu sekali ekspresinya.
“ Ga kok, cuma mau kenalan sama kamu. Mau ga jadi temen kakak?”
Ekspresinya berubah lagi seperti tengah berfikir keras. Lalu berubah menjadi senyum bersahabat dan mempersilahkanku duduk disebelahnya dengan isyarat tangannya.
“ Terima kasih, ini makan. Lapar kan?”
“ Kok tau sich?” Dia tersenyum dan makan lahap bawaanku.
“ Hei, jangan buru – buru. Ini minum dulu nanti tersedak.”
“ Iya, makasih ya kak…”
Lalu kami mulai bercakap – cakap tentang satu sama lain. Dia polos sekali, dengan cepat aku bisa mengetahui keadaannya. Dia murid kelas 4 SD dan sekarang tidak mau pulang, orangtuanya bercerai dan meninggalkan dia dengan pembantu saja. Intinya dia kesepian dan ketakutkan. Dia bahkan memelukku dan menangis melepas semua gundahnya.
“ Sudah selesaikan? Sekarang kita pulang ya? Sudah malam..” Kami menghabiskan malam dengan membuat PR masing – masing sambil mengalihkan perhatiannya tentang keluarga.
“ Ga mau, dirumah sepi. Aku ga bisa main ga ada orang. Ga bisa ngapa – ngapain bosen deh. Aku nginep dirumah kakak aja boleh ga?” Dia tersenyum sambil memasang tampang pupy eyes.
“ Nanti disangka aku nyulik kamu dong.”
“ Gapapa, aku mau kok diculik sama kakak cantik…”
“ Aish, sudah, kita pulang saja ya? Aku antar.”
@ Home…
“ Tuan kemana saja? Kami mencari anda seharian…” Pelayan menyambut kami sambil tersenyum lega melihat kedatangan kami.
“ Main…” Dia tersenyum dan menarikku masuk.
“ Kakak, ayo masuk kita main dulu.”
“ Ga bisa gitu dong. Kan janjinya cuma nganter pulang. Udah ya?”
“ Ah, kakak. Masuk dulu, main sama aku dulu ya? Kakak nginep aja disini. Mana no telp rumah? Ntar aku minta ijin deh sama mama kakak.”
Ya ampun tingkahnya itu benar – benar lucu sekali. Aku menatap pelayannya dan dia mengangguk sambil mengharap padaku.
“ Ok, kita main dulu.”
Beberapa jam kemudian…
“ Permisi, saya pulang dulu…” Aku berpamitan pada pelayannya.
“ Ya, terimakasih banyak. Baru hari ini tuan muda ceria lagi…”
“ Baiklah, dia sudah tertidur di kamarnya. Saya pamit dulu…”
@My School Room.
Kupandangi buku IPAku tentang planet – planet. Semuanya tidak terserap baik dimemori otakku. Aku malah terus memandangi pria sebayaku yang tengah bercanda ria dengan para perempuan. Seutas senyum sinis mengambang bebas. Menyebalkan sekali dia, memutuskanku setelah tahu aku hidup mandiri. Orang aneh. Aku benci sekali dengannya.
“ Jangan cemberut, ini buat kakak.” Setangkai mawar terbungkus rapi mengacung bebas di depan wajahku.
Lalu ketika kubalikkan badan. Seorang anak kecil memakai pakaian jas rapi seperti dandanan orang dewasa dan tersenyum senang menatapku. Para murid yang lain langsung bersorak riuh.
“ Ngapain disini?”
“ Kapan pulang sekolah cantik?” Bukannya menjawab pertanyaanku dia bertanya balik dan dengan lancang tidak memanggilku ‘kakak’
“ Eh? Kau ini bicara yang sopan.”
“ Ini sudah sopan kok. Jadi kapan pulang?”
“ Ini udah pulang, kenapa?”
“ Main lagi ya, kayak kemarin…”
“ Males ah, cape…” Aku menggodanya.
“ Akh, jahat banget sich…” Dia menggembungkan pipinya membuatnya tambah chubby.
“ Bercanda jelek, hehehe. Ayo, aku sudah selesai nich..” Kucubit gemas pipinya dan menarik tasku asal.
“ Asyik… Ayo kak…” Dia mengandeng tanganku dan menyeimbangkan jalannya.
@Home
“ Kakak, sini. Kita baca yang ini…” Dia menunjuk buku cokelat tebal yang tersampul plastik mikha rapi.
“ Apa ini?”
“ Baca aja…”
“ Astaga! Kau suka baca ini?”
“ Ga, baru tadi pagi. Dulu kakek bilang kalau jantung kita deg-degan deket perempuan berarti dia istri kita.”
Aku tertawa geli mendengar penjelasan konyolnya.
“ Memangnya kalau kamu lagi lari lapangan pas olahraga ga deg-degan?”
“ Ih, itu beda. Kakak banyak nanya nich. Udah baca aja. Sabar, pake ini dulu…”
Dia mengeluarkan cincin mainannya dan menyelipkannya dijari manis kananku.
“ Jangan pernah dilepas!”
“ Ih, maksa deh, dikiri aja ya?”
“ Kanan…”
“ Kiri!”
“ Ok, deh. Nanti kalo kita udah gede baru kanan…” Dia gampang banget berubah prinsip.
“ Nah sekarang baca ya kak.” Dia memberi aba – aba.
“ Ok,” Aku membulatkan ibu jari dan jari telunjukku.
“ Berjanjikah kita sehidup semati bersama selamanya?” Dia membaca dengan gaya pendeta.
“ Ya, saya berjanji…” Dia membulatkan suaranya dan mengangkat tangannya seperti sumpah.
Aku masih diam melihat tingkahnya.
“ Ih, sekarang kakak bilang juga…”
“ Iya, saya berjanji akan bersama adik kecilku yang manis ini…” Aku mencubit lagi pipinya yang putih seputih pipiku bedanya kulit dia lebih halus.
Sebulan berlalu kami tetap bersama semakin akrab hingga…
@Bandara…
“ Bye, kakak….” Dia melambai padaku dan berjalan masuk digandeng kedua orangtuanya yang ternyata tidak jadi bercerai. Jadi tentunya dia akan bahagia lagi. Terbukti dia terlihat tidak membutuhkanku lagi dan merasa tidak ada aku disampingnya.
So, I just want say goobye my lovely little friend..
Aku membalas lambaiannya dan well, hidupku tetap harus berjalan kan?
10 Tahun kemudian…
Kepadatan kota dan hiruk pikuk jutaan jiwa yang mencari sesuap nasi menggema di semua sudut kota. Aku berusaha menghindar dari kepadatan itu dan bergegas menuju tempat kerjaku. Kukalungkan earphoneku dan memutar musik ballad dan klasik menghindari pekikkan emosi jiwa yang merusak kupingku.
Setelah melewati beberapa tikungan tubuhku terpaku melihat sekolah lamaku masih tetap kokoh melindungi sumber ilmu. Gerbangnya dengan ramah menyambut para siswa dengan semangat membara mencari ilmu. Mereka berjalan dengan semangat baru mereka sambil berbagi semangat dengan sesamanya. Aku tersenyum sesaat dan kembali berjalan hingga sampai di kantorku, perusahaan travel and agency…
“ Morning honey…” Sapaan hangatnya menyapaku. Panggil saja dia Lucifer. Iblis cinta yang mencuri seluruh ruang dihatiku tanpa perlu aku bertekuk lutut mengejar cintanya. Dia sendiri yang berbalik mengejarku. Dia orang yang dulu paling kubenci ketika masa remajaku kini menemani seluruh hidupku.
“ Morning,” Aku menjawab seadanya dan terpaku menatap benda mati dengan cahaya lasernya.
“ Jadi malam minggu ini kita ada rencana kemana?”
“ Sorry, aku ada latihan training anak baru. Kau lupa?”
“ Oh, iya. Kau pasti sibuk sekali.”
“It’s okay, maaf ya?”
“ Fine, nanti setelah kita menikah, kita bisa lebih dekatkan.”
“ Yes, you right.” Aku tersenyum mendengar kata itu. Kata yang menurut sebagian besar para wanita adalah kata terindah dan paling mereka nantikan. Benar, kami sebentar lagi akan melangsungkan upacara itu. Bahkan kami sudah berpikir matang – matang tentang hal ini. ( Matang? Ayo makan… Wkwkwk,)
Tak berapa lama setelah instruksi dari atasan. Aku harus mulai training anak baru. Perusahaan besar kami memang memerlukan banyak orang untuk terus mengembangkannya. Bahkan sekarang aku harus punya partner kerja untuk peningkatan kerja yang lebih baik.
Kugenggam ganggang pintu rapat yang terbuat dari tembaga mengkilat. Ujungnya terasa dingin. Kudorong pelan dan pintu itu pun terbuka menyajikan gambaran ruangan suram dengan meja dan baku yang tertata rapi dan diam membisu. Benar – benar pola pikir kuno yang membuat jutaan jiwa terasa terhimpit waktu ketika terjebak dalam sini.
Sesosok pria tinggi dengan rambut orange menyala pirangnya tengah bersenandung riang dengan lagu yang amat kukenal…
Oh her eyes, her eyes
Make the stars look like they’re not shining
Her hair, her hair
Falls perfectly without her trying
She’s so beautiful
And I tell her every day
Yeah I know, I know
When I compliment her
She wont believe me
And its so, its so
Sad to think she don’t see what I see
But every time she asks me do I look okay
I say
When I see your face
There’s not a thing that I would change
Cause you’re amazing
Just the way you are
And when you smile,
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you’re amazing
Just the way you are
Lagu yang benar membuatku merasa nyaman. Lalu sebagai senior yang baik, kusapa ramah dia.
“ Selamat pagi,” Dia menoleh kepadaku dan tatapannya itu menusuk masuk hingga kelubuk hatiku. Tatapan sendu penuh kerinduan yang membuatku serasa mengenal pribadi yang satu ini. Dia tersenyum manis melihatku dan langsung berdiri menyambut kedatanganku.
“ Oh, I miss you so much…” Dia memelukku erat membuatku terasa pendek dengan tingginya sekarang.
Jadi Dia kembali?
TBC…
Komen – komen ya?

Tinggalkan komentar